Monday, September 30, 2013

''ML dengan pacar temanku''

Sejak berpacaran dengan Lina, mahasiswi Fakultas Hukum Universitas terkemuka di Bandung, yang berbeda dua angkatan dengannya, Andi mulai bergaul dengan teman-teman Lina. Aktifitas Lina membawanya sering berkumpul dengan anak-anak Hukum yang seperti teman-teman baru bagi Andi. Kenyataan ia satu-satunya anak Ekonomi saat berkumpul dengan teman-teman Lina membuatnya mudah dikenali. Dari sering berkumpul ini pula ia mulai kenal satu persatu anak Hukum. Sikapnya yang mudah bergaul membuat ia juga diterima dengan tangan terbuka oleh komunitas anak-anak Hukum.

Sebagai anak Ekonomi dan punya pengalaman organisasi lebih banyak dibanding teman-teman Lina, membuatnya sering memberikan wawasan baru bagi anak-anak Hukum angkatan Lina.
Di sini juga ia menjadi kenal Lira, yang sama seperti teman Lina yang lain, sekedar kenal dengannya. Lira sering ikut datang karena statusnya sebagai pacar Boy, salah satu pentolan angkatan Lina. Tidak ada perhatian khusus Andi kepada Lira, kecuali tentu saja, sebagai laki-laki normal, dadanya yang super. Meski bersikap biasa kepada Lira dan cenderung bersikap sama terhadap teman Lina yang lain, kelebihan pada tubuh Lira kerap membuatnya tak kuasa melirik lebih dalam, terutama saat Lira memakai baju yang memamerkan lekuk tubuhnya secara sempurna, apalagi kulit Lira putih bersih dan mulus.

Perkenalan lebih terjadi saat Lina meminta Andi mengantarnya ke kost Lira karena perlu meminjam bahan kuliah. Saat itu pun Andi masih belum sadar Lira itu siapa, dan baru paham setelah disebutkan pacar Boy. Meminjam buku menjadi waktu bertamu yang lebih lama setelah Andi dan Lira ternyata punya selera musik yang sama. Obrolan itu masih dalam batas koridor pertemanan, hanya bedanya setelah itu, Andi jadi lebih ingat siapa Lira, paling tidak namanya. Lira sendiri sebetulnya bukan teman akrab Lina. Bisa dikatakan beda gank, tapi hubungan mereka baik.

Aktifitas mengantar Lina ke kampus pun kini menjadi lebih menyenangkan bagi Andi karena ia sering bertemu Lira. Namun, sekali lagi ini sebatas karena mereka punya selera musik yang sama. Paling tidak, saat menunggu Lina berurusan dengan orang lain, terutama di lingkungan organisasi mahasiswa kampus, Andi punya teman ngobrol baru yang nyambung diajak ngobrol. Lina pun merasa beruntung Andi mengenal Lira karena ia jadi lebih santai mengerjakan sesuatu di kampus terutama jika ia minta Andi menunggunya.

Sampai tiba masa-masa sibuk di organisasi mahasiwa Hukum yaitu pemilihan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa. Rapat-rapat sering digelar untuk merumuskan strategi kampanye. Kasihan kepada Andi, pada suatu hari Lina tidak minta ditunggu lagi oleh pacarnya itu, tapi ia minta dijemput lagi pukul empat sore, dua jam setelah rapat dimulai. Andi pun memutuskan untuk menunggu di kost-an salah satu teman yang kost di dekat kampus. Sayang, saat tiba di kost-kostan tersebut temannya sedang keluar. Tak habis akal ia menuju kost-an temannya yang lain. Namun, jalan ke kost-an temannya itu melewati kost-an Lira. Dari jalan, yang hanya berjarak sekitar 15 meter dari deretan kamar kost tersebut. Ia melihat Lira keluar dari kamarnya hendak menjemur handuk. Andi melambatkan motornya dan berharap Lira melihat. Dan, harapannya terkabul. Ia akhirnya memutuskan main di kost Lira sembari menunggu Lina selesai rapat.

“Lina lagi rapat ya?”
Lira membuka pembicaraan sambil sibuk menata rambutnya yang basah. Ia mempersilakan Andi duduk di atas karpet karena di kamarnya memang tidak ada kursi. Semua perabot terletak di bawah termasuk sebidang meja kecil tempat Lira belajar.

“Iya. Loe kok ngga ikut Lir?”
“Males. Gue tau pasti lama. Lagian sekarang kan yang rapat pentolan aja.”
“Boy di sana juga?”
“Iyalah, dia kan proyeknya. Masa’ dia ngga dateng. Ini juga gue lagi nungguin dia. Janjian ntar gue jemput jam enam, mau nonton.”

Andi baru sadar kalau ini adalah malam Minggu dan ia belum punya rencana. Dari tadi pandangannya tidak lepas dari rambut ikal sebahu Lira yang basah habis mandi. Ia hanya bisa menelan ludah melihat Lira yang seksi sekali dalam kondisi seperti itu. Aroma yang cukup familiar baginya merebak dari rambut Lira yang masih basah.

“Shampo loe shampo bayi ya, Deedee kan, rasa strawbery?”
“Hahaha, kecium ya, kok tau sih?
“Yah, elo Lir, gue kan juga pake Deedee. Cemen yah?”
“Buset, orang kayak loe shamponya Deedee? Lina yang mau apa emang elo yang suka?”
“Gue udah pake shampo itu sejak SMA,”
“Hihihi…, geli gue, lucu aja, liat loe shamponya Deedee,” ledek Lira sambil tertawa geli.

Keduanya terdiam sesaat. Sampai tawa Lira berderai lagi.
“Kok sama lagi sih. Kita emang udah jodoh ketemu kali nih. Jodoh jadi temen gitu maksud gue.”

Lira berusaha meluruskan kalimatnya karena sadar perkataannya bisa diartikan berbeda. Keduanya memang saling nyambung awalnya karena punya selera musik yang sama.

“Mungkin kali ya…., loe bocor sih,” sahut Andi terkekeh.
Obrolan pun terus berlanjut mengalir seperti sungai. Lira yang cerewet selalu punya bahan pembicaraan menarik demikian pula dengan Andi. Uniknya obrolan tersebut selalu nyambung. Di tengah ngobrol Andi sekali-sekali melirik dua tonjolan di dada Lira yang luar biasa ranum. Soal cewe, selera Andi memang yang memiliki dada besar. Ia sudah bersyukur punya Lina yang berdada lumayan berisi, namun melihat Lira, rasanya rugi kalau diabaikan, membuat darahnya berdesir kencang.

Saat melihat dari jalan tadi, Andi menemukan Lira hanya memakai kimono mandi dan sedang menjemur handuk. Ia sempat diminta menunggu cukup lama oleh Lira karena harus berpakaian dulu. Harapannya, Lira keluar dengan pakaian lebih tertutup, tapi yang didapati adalah Lira hanya memakai tank top putih yang memamerkan ceplakan branya dengan jelas hingga renda-renda di dalamnya berikut celana pendek yang membuat 3/4 pahanya terbuka.

“Eh, Lir, gue mo nanya nih….”
“Apaan?”
“Tapi jawab jujur ya….”
“Apaan dulu??
“Ya ini gue mo nanya?.”
“Oke, jujur….”
“Anak-anak Hukum sebetulnya risih ngga sih gue sering ngumpul bareng mereka.”
“Angkatan gue??
“Iya.”
“Jujur kan?…Ngga, yakin gue. Eh, tapi maksudnya ngumpul karena loe nemenin Lina kan?”
“Iya.”
“Ya ngga sama sekali. Yang suka sama loe banyak kok.”
“Bener loe? Kalo cowo-cowonya gimana?”
“Ngga juga. Kenapa sih? Ya kalo ada paling yang dulu naksir Lina tapi keserobot elo?hahahaha….”
“Sialan loe?, serius nih gue.”
“Gue juga serius. Bener kok, percaya deh sama gue.”
“Mereka, terutama yang cewe, malah yang gue tau pada keki sama Lina.”
“Keki kenapa? emang salah gue apa?”
“Maksudnya keki soalnya Lina dapet cowo kayak elo.”
“Emang gue kenapa?”
“Ya?loe kan sabar banget tuh mau nungguin Lina, terus gabung sama kita-kita, maen bareng?”
“Gitu ya…?”
“Iya pak Andi. Nih ya, gue kasih bandingan: cowo gue yang dulu, itu sama sekali ngga mau gabung. Sebates nganterin gue aja. Sombong banget, kayak ngeliat apaan gitu kalo kita ngumpul. Ngga tau, pembawaan anak teknik kali ya, berasa pintar sedunia.”

Lira nyerocos tapi dari sorot matanya terlihat ia sangat serius.
“Dulu gue tuh sering nahan hati soalnya cowo gue itu diomongin terus sama temen-temen gue. Sombong lah, belagu lah. Ya mereka sih ngomongnya baik-baik, minta gue ajak dia bergabung. Tapi cowo gue ngga mau gimana. Jadi serba salah kan?”
“Anak teknik? Dani maksud loe?”
“Betul pak! Dani. Mungkin juga karena ketuaan kali ya? Tapi ngga tau ah! Nah, ketika loe masuk dan mau mencoba berbaur. Temen-temen gue, ngga cewe ngga cowo, jelas seneng. Apalagi loe bisa nyambung. Yang cowo respek sama loe, yang cewe,….hihihi, demen.”

Lira sengaja hanya sampai kata itu. Sebetulnya ia ingin bilang ke Andi bahwa anak-anak, cewe-cewe tentunya, banyak yang naksir Andi.
“Demen apaan?” Andi berusaha memaksa Lira memperjelas omongannya sambil tergelak.
“Ya demen…ih, loe GR ya?” kata Lira sambil menunjuk Andi.
“GR apaan? kan gue cuman minta diperjelas,”
“Nih ya, ada satu temen gue yang bilang berharap banget loe putus sama Lina. Katanya, gue mau deh, biar bekas temen juga…tuh…”
“Yang bener loe? Siapa?”
“Ngga usah gue kasih tau. Kalo perasaan loe peka, loe pasti tau deh! Eh, bener tuh, dalem hati loe pasti seneng juga kan disenengin cewe-cewe….hahaha.”
“Sialan loe!” balas Andi sambil terkekeh.

Tanpa sadar, Andi mendorong paha kiri Lina. Sejak perkenalan pertama mereka saat ngumpul bersama teman-teman yang lain sepuluhan bulan yang lalu. Baru kali ini mereka benar-benar saling bersentuhan secara fisik. Meski sebuah sentuhan tanpa maksud apa-apa, tak kurang Lira tertegun sejenak. Syaraf sensorik di pahanya seperti mengalirkan sesuatu yang menbuatnya berdesir. Hampir tidak ada yang tahu, bagian yang didorong dan disentuh Andi justru bagian paling sensitif pada Lira, bagian yang mampu mengalirkan perasaan erotik dalam diri cewe berumur 20 tahun itu.

Lira berusaha tidak memandang mata Andi, tapi ia tak kuasa menahannya. Rangkaian kejadian yang hanya berlangsung sekitar satu detik itu seperti membuat tubuhnya mengalirkan darah demikian cepat.
“Eh, Lir, sorry ya kalo terlalu keras. Ngga sakit kan?”

Kali ini Lira malah berharap Andi kembali menyentuhnya. Desiran akibat sentuhan tak sengaja tadi benar-benar membuatnya merasakan sensasi yang selama ini belum pernah ia rasakan. Tapi, ia berusaha mengendalikan diri. Pahanya yang merinding tersentuh tangan Andi berusaha ia tutupi.

“Ngga kok Ndi, ngga papa, cuma kaget.”
“Aduh, gue jadi ngga enak. Bukan maksud gue mau lancang ke loe kok, Lir reflek aja.”
“Iya gue tau,” Lira berusaha menahan agar mulutnya tidak mengatakan bahwa bagian yang Andi sentuh adalah daerah paling sensitif dari tubuhnya.

Andi benar-benar jadi tidak enak dan salah tingkah. Lira bukan tidak menyadari hal tersebut. Ia kini paham, Andi memang bukan tipe cowo yang suka merayu perempuan, bukan cowo yang suka pegang-pegang perempuan sembarangan. Memang tidak salah teman-teman di kampusnya banyak yang suka pada Andi. Sikapnya gentleman banget, sama sekali tidak terlihat dibuat-buat. Dan, kenyataannya Andi memang benar-benar menyesal telah berlaku kasar, menurut ukurannya, kepada seorang perempuan. Ia adalah laki-laki yang paling tidak bisa berbuat kasar pada perempuan.

“Gue juga termasuk yang dongkol sama Lina, kenapa gue justru nyambung sama cowo-nya…hahaha,” Lira berusaha mencairkan suasana dengan melontarkan joke yang sejujurnya ngga lucu.

Andi pun tertawa meski masih agak dipaksa. Ia benar-benar merasa bersalah karena tanpa terkontrol menyentuh paha Lira terlalu dalam. Maksudnya hanya pengakuan ‘kekalahan’ karena didesak soal banyak perempuan yang menyenanginya. Sejujurnya ia juga suka Lira karena ia anggap perempuan yang suka bicara tanpa basa basi, apalagi dengan orang yang ia rasa bisa membuatnya nyaman. Sikapnya itu membuat Andi merasa lebih dekat dengannya, meski dengan dasar suka sebagai teman.

Dari sisi laki-laki, Andi juga terkesiap dengan sentuhannya itu. Ia jadi menyadari Lira memiliki tubuh yang kencang dengan kulit yang halus. Benar-benar membuat kelaki-lakiannya bangkit. Ingin rasanya berbuat lebih dari itu. Tapi ia tidak tahu harus bagaimana. Ia juga sadar, situasi seperti ini sudah cukup sebagai tanda bahaya bagi dua insan berlainan jenis yang berada dalam satu ruangan. Hanya ia juga tak kuasa dan tak mengerti bagaimana menghentikannya. Langsung pergi, jelas akan membuat Lira marah, ia bisa menangkap bahwa Lira tidak menginginkan itu.

Masih diliputi perasaan tak menentu dan membuatnya tertegun seperti patung, Andi terkejut ketika Lira sudah menjulurkan tangan dan meraih tangannya. Tapak tangannya digenggam kedua tangan Lira dan diarahkan ke bibirnya. Dalam keadaan terbuka, Lira menciumi perlahan-lahan permukaan telapak tangan kanannya. Andi benar-benar tegang bercampur kaget. Ia tahu itu sudah lebih dari sekedar pertanda Lira menginginkan sesuatu, lebih dari sekedar sentuhan tanpa sengaja. Lira pun bukan tanpa maksud seperti itu. Ia sadar antara dirinya dan Andi baru benar-benar kenal beberapa bulan belakangan. Tapi, akal sehatnya tak kuasa menahan keinginannya untuk disentuh lebih dalam oleh Andi.

Andi benar-benar bimbang. Ia tahu, Lira sudah membuka gerbang dan kini dialah yang harus memainkan bola. Semua ada di tangannya. Di antara bimbang untuk meneruskan, yang artinya ia dan Lira sudah melanggar komitmen pada pasangan masing-masing, atau menghentikan, yang artinya ia bisa kehilangan kesempatan merasakan sesuatu yang selama ini sering membuat badannya bergetar dan hanya ia lampiaskan pada Lina, tangannya seperti bergerak sendiri membelai pipi kiri Lira. Jantung Andi berdegup kencang, bukan lagi takut Lira akan menolak, tapi sadar ia telah membuat sebuah pilihan penuh resiko tapi pasti sangat menyenangkan.

Lira tersenyum. Merasakan belaian lembut jemari Andi di pipinya. Andi pun bergerak menyisir leher dan tengkuk Lira. Sampai di punggung, tangan kirinya ikut merangkul Lira dan seketika keduanya sudah berpelukan. Lira membenamkan seluruh tubuhnya ke Andi. Pelukannya bahkan lebih kuat dari Andi dan pantatnya ia geser mendekat. Keduanya masih duduk di lantai beralaskan sebuah karpet tebal berwarna merah. Andi mengangkat wajah Lira perlahan. Ia bisa melihat Lira tersenyum bahagia merasakan kehangatan tersebut. Andi sadar, ia melakukannya bukan untuk mengejar perasaan Lira, tapi lebih pada nafsu. Nalurinya sebagai laki-laki berkata bahwa ini adalah kesempatan merasakan nikmatnya tubuh seksi Lira yang selama ini sudah ia kagumi. Dalam hati ia terus membatin untuk tidak tanggung-tanggung dan ragu. Ia bertekad menunjukkan pada Lira bahwa ia memang laki-laki sejati. Sambil mulai menjilati daun telinga Lira, Andi berusaha membisikkan kata-kata rayuan ke telinga Lira.
Glek! Mulutnya justru seperti terkunci. Semuanya sangat sulit untuk dikatakan. Balasan Lira hanya sebuah erangan manja berikut usapan halus disekujur punggung Andi. Tanpa ragu ia mendekatkan bibirnya yang merekah menyentuh bibir Andi. Halus, lembut dan perlahan penuh perasaan, keduanya saling mengulum bibir lawannya. Berpagutan dan saling bertukar lidah membuat suasana semakin hangat.

“Ndi…,” Lira berusaha mengontrol dirinya. Ia ingin terus merasakan belaian laki-laki yang dikaguminya itu.

Andi tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia paham ini adalah titik kebimbangan Lira. Memaksa Lira menyelesaikan apa yang ingin dikatakannya sama saja berpeluang menghentikan semuanya. Ia terus mencium Lira penuh kehangatan. Tangannya mulai menggerayangi sisi kiri tubuh Lira dan berbalik ke atas menuju sebuah bongkah daging keinginan setiap laki-laki. Ia mulai dengan meraba permukaannya halus dan meremasnya pelan. Persis seperti yang ia lakukan pada Wita, sahabatnya, beberapa tahun silam. Perbuatan berdasarkan naluri yang membuat ia dan Wita hampir mengakhiri persahabatan erat yang mereka bangun sejak masuk kuliah, runtuh hanya bersisa nafsu.
Andi seperti merasakan kembali sensasi itu. Sensasi bercumbu dengan perempuan yang rela menyerahkan tubuhnya secara total pada dirinya. Sesuatu yang justru tidak ia rasakan saat melakukannya pertama kali dengan Lina. Status berpacaran membuat mereka mudah melakukan apapun seperti ciuman, pelukan, bahkan rabaan. Andai dulu ia mengabaikan pertanyaan Wita apakah mereka benar melakukan hal tersebut, ia dan Wita saat ini pasti sudah tak ubahnya dua insan yang saling mengejar nafsu. Tidak ada lagi keindahan persahabatan dan keagungan sebuah kedekatan yang tidak dilandasi nafsu, murni sebuah kasih sayang dua manusia yang saling membutuhkan.

Tapi dulu tindakannya tepat. Karena, ia dan Wita lebih membutuhkan hubungan tanpa berlandaskan nafsu birahi. Walaupun akhirnya ia dan Wita menghentikan semuanya sebelum keduanya bersatu dalam sebuah persetubuhan, perlu waktu berbulan-bulan untuk membangun kembali landasan yang telah mereka hancurkan sendiri.

Kini, terhadap Lira, semuanya berbeda. Tidak ada halangan untuk melakukannya saat ini. Benar atau salah, itu soal nanti, karena saat ini nafsulah yang melandasi hubungan dirinya dengan Lira. Lira bukan teman dekatnya. Sejak awal ia tertarik pada Lira karena tubuh Lira yang menggoda iman. Kalau kemudian ia menjadi dekat dengan Lira karena sesuatu hal, itu tak ubahnya alat untuk masuk ke dalam perasaan Lira.

Remasannya ke dada Lira semakin kuat. Tanpa ragu, ia menyisipkan jarinya dari sisi atas untuk merasakan langsung lembutnya bongkahan indah itu. Lira mengerang dan berusaha mendekap Andi lebih kuat. Tangan Andi meremasnya makin kuat dan semakin ia merasakan betapa kencangnya dada Lira. Kencang, halus dan terawat. Ia pun kagum kepada Lira yang menyadari bahwa bagian tubuhnya yang sedang remas Andi adalah daya tarik utama dirinya, terbukti dari hasil perawatan yang dilakukannya itu. Sembari tangan kanannya meremas dada Lira, dan lidahnya menjilati leher Lira. Tangan kirinya membuka pengait bra di belakang. Sekali terbuka, kedua tangannya menyusup dari bawah dan mengangkat pakaian Lira melewati leher. Dan sekejab ia langsung bisa melihat bukit besar menantang itu langsung di depan matanya. Sejenak ia kembali mengagumi keindahan yang terpampang di depan matanya itu. Dua bongkah daging yang sejak setahun lalu membuat dirinya kerap tak bisa tidur. Tak berlama-lama puting susu Lira sudah menjadi sasaran mulutnya. Kuluman bibir, gigitan kecil plus sapuan lidah membuat Lira terlonjak tak bisa menahan diri. Badannya menegang setiap Andi menghisap putingnya. Ingin rasanya Andi mengecup kuat area di kulit yang menutupi tonjolan dada Lira, tapi ia sadar hal tersebut akan mempersulit posisi Lira. Apalagi Lira memohon dengan suara lirih.
“Jangan ada…bekasnya…Ndi….”

Dua bukit besar itu seperti mainan baru bagi Andi. Ia juga sering merasakannya dari Lina, tapi yang disodorkan Lira dua kali lebih nikmat. Lina juga keras dan kencang, tapi tidak sebesar Lira. Besar tapi masih proporsional. Ia bisa merasakan puting Lira menyentuh telinganya saat ia berusaha membenamkan kepalanya ke sela-sela di antara dua bukit tersebut.

Erangan pelan mulai terdengar keras keluar dari mulut Lira. Nafas Lira mulai memburu dan matanya terpejam. Mulutnya sedikit terbuka dan setiap isapan Andi di putingnya mengeras, kepalanya terlonjak ke belakang. Tangannya hanya bisa menekan kuat punggung Andi. Kendali dirinya benar-benar sudah hilang tertutup kenikmatan isapan dan sapuan lidah Andi di kedua payudaranya. Bahkan angin dingin khas kota Bandung yang kencang dari luar sudah tak terasa lagi di kulitnya. Tak hanya Lira yang terlena, Andi pun semakin bernafsu menggarap buah dada Lira yang menggairahkan itu. Sensasinya seperti mendapatkan sebuah mainan baru. Ia menjelahi setiap titik buah dada Lira tanpa terlewatkan. Ia ingin tahu reaksi apa yang diberikan Lira setiap ia menjelajah setiap permukaan buah dada itu.

Keduanya sedikit tersentak ketika pintu kamar Lira tertutup sendiri tertiup angin kencang dari luar. Andi terdiam dan memandangi Lira sesaat.
“Geblek, lupa ditutup….”
Andi langsung bangkit dan memeriksa keadaan di luar dari jendela, apakah ada mata-mata tersembunyi yang menyaksikan perbuatan mereka.
“Kunci Ndi…, sekalian korden…”
Sebut Lira dengan suara parau dan lemah.

Lira langsung menggamit lengan Andi dan memeluk laki-laki itu dan menempelkan keningnya ke dada bidang penuh bulu itu. Menunduk, ia bisa melihat puting buah dadanya menempel di atas perut Andi.

“Ndi…, tolong…,”
Ia melepaskan tangan Andi yang mengusap-usap halus punggungnya. Tangan kanannya membimbing tangan Andi ke arah selangkangannya. Ia merasakan sendiri sedikit demi sedikit kewanitaannya mulai basah mengalirkan cairan hangat. Ia tahu persis telah dihinggapi nafsu.

Sejenak Lira was-was. Ia takut Andi melakukannya tindakan bodoh seperti laki-laki lain yang tidak peduli fase-fase seksualitas wanita. Ia ingin dilayani juga sebagai makhluk yang juga memiliki nafsu. Selama ini, yang ia alami hanya melayani keinginan laki-laki tanpa ada balasan dari laki-laki itu.

Tapi kekhawatirannya segera lenyap saat Andi menyambut bimbingan tangannya dan mulai aktif menggerayangi daerah kewanitaannya. Dimulai dengan usapan lembut di atas daerah vaginanya yang masih tertutup dua lapisan, celana dan celana dalam. Dilanjutkan gosokan sedikit keras yang menekan alat genitalnya. Sekali lagi, saat Andi menyentuh paha bagian dalamnya, darahnya berdesir kencang, nafsunya semakin melonjak.

Aliran darah seketika seperti mengalir deras di tengah-tengah selangkangannya. Andi pun tak mau berlama-lama menunggu. Sekali tarik, ia meloloskan celana pendek dan celana dalam yang membuat Lira makin tak berdaya telanjang bulat. Tangan Andi mulai mengusap-usap klitoris dan bagian luar vaginanya. Rasanya seperti melayang setiap sapuan jemari Andi mengenai alat kelaminnya itu. Dipadu permainan lidah di putingnya, Lira semakin lemah tak berdaya. Lututnya terasa lemas yang membuat Andi semakin mudah menjelajahi daerak kemaluannya karena menjadi terbuka.
Tak tahan melakukannya sambil berdiri, Lira memundurkan tubuhnya dan menjatuhkan badannya ke ranjang. Lututnya ditekuk dan kedua pahanya ia buka lebar-lebar. Andi melepas sendiri kaus yang dikenakannya dan tak menyia-nyiakan pemandangan indah bibir-bibir vagina berwarna coklat muda yang terpampang di depannya. Bulu-bulu kemaluan Lira sangat terawat karena terlihat dari cukuran yang rapi. Bulu-bulu itu hanya tersisa di atas klitoris dan panjangnya tidak ada yang melebihi satu milimeter.

Sambil memeluk pinggang Lira dengan tangan kiri, ia mulai memainkan jari kanannya di seluruh permukaan kewanitaan Lira. Pengalaman dengan Lina mengajarkannya untuk tidak langsung memasukkan jari ke dalam vagina. Ia lebih mementingkan usapan di klitoris. Dengan ibu jari dan jari tengah, ia membuka kulit penutup klitoris. Jari telunjuknya mulai meraba-raba permukaan klitoris yang menyembul berwarna merah muda. Lonjakan pantat Lira terasa kuat setiap ia mengusap klitoris itu dibarengi erangan keras dari mulut Lira. Lira meremas-remas sendiri buah dadanya. Ia menahan kenikmatan luar biasa yang dirasakannya.

Puas jemarinya memainkan klitoris Lira, lidahnya mulai bergabung. Setiap jilatan sanggup membuat Lira menjerit. Kedua pahanya berusaha menjepit kepala Andi yang membuat Andi semakin ganas memainkan lidahnya. Sesekali permainan itu ia gabung dengan isapan keras klitoris Lira. Tak usah ditanya reaksi Lira karena perempuan muda itu semakin berisik mengeluarkan erangan dari mulutnya.
Rasanya memang gila permainan mereka, karena jika erangan Lira terdengar sampai keluar, entah apa yang akan terjadi.

Andi sudah mengarahkan lidahnya turun menuju vagina Lira ketika Lira menahan tubuh Andi dan bangkit meraih kancing celana Andi dan melepasnya. Bersama celana dalam, satu sorongan ke bawah langsung menjulurkan batang kemaluan Andi yang sudah mengacung sejak tadi. Lira tahu, apa yang mereka lakukan adalah perbuatan bersama dan kini gilirannya membelai, mencium, menjilat, dan meremas milik Andi. Tak canggung ia menggenggam penis Andi yang mengacung keras. Kedua tangannya mengenggam bersama, terasa besar dan penuh penis itu memenuhinya.

Satu kocokan, kini giliran Andi yang terpaksa memejamkan mata merasakan nikmatnya genggaman tangan halus nan hangat itu. Dari bawah, Lira melirik ke atas dan tersenyum kepada Andi yang berlutut di kasur. Ia paham arti senyum balasan Andi. Tanpa berlama-lama lagi, ia lumat batang tersebut di dalam mulutnya. Sedikit gigitan, ia jilat seluruh permukaannya yang mengkilat itu. Urat-urat di sekujur penis Andi semakin membuat nafsunya memuncak. Ingin rasanya segera merasakannya merayap di dinding vaginanya. Andi terengah merasakan isapan dan kulumannya. Masih ada sedikit rasa dongkol pada Lina, kenapa temannya itu yang bisa mendapatkan laki-laki yang mampu menggetarkan hati setiap wanita itu. Di tengah usahanya memasukkan seluruh batang kemaluan Andi kemulutnya, Lira hampir tersedak karena ujung kemaluan Andi menyentuh pangkal rongga mulutnya sementara di luar masih tersisa. Ia semakin bernafsu mengulum penis ini. Pelan tapi pasti ia keluar masukkan penis itu di mulutnya. Lidahnya ia sentuhkan ke ujung penis yang kokoh itu. Ia paham laki-laki amat senang diperlakukan seperti itu. Terlihat dari paha Andi yang semakin terbuka membuat penisnya makin mengacung kencang. Seketika ia melihat penis Andi, Lira langsung merasakan rangsangan semakin besar dalam dirinya. Tanpa ragu ia berusaha memberikan pelayanan sempurna pada Andi, laki-laki yang sanggup membuatnya panas dingin meski hanya beradu pandang. Ia ingin Andi merasakan kenikmatan terdalam pelayanan perempuan.
Lira memang tidak salah karena Andi pun mulai merasakan apa yang diharapkannya. Baru kali ini Andi merasakan perlakuan total perempuan selain Lina terhadap dirinya. Apalagi saat Lira mulai menjilati dan mengulum kantung buah zakarnya. Semuanya terasa berbeda, benar-benar sensasi yang memabukkan. Selain merasakan nikmatnya kuluman dan isapan Lira, pemandangan indah sekaligus ia dapatkan. Posisi Lira yang merangkak setengah menunduk membuat bongkahan pantatnya menjulang ke atas. Pasti nikmat membenamkan penisnya ke kemaluan Lira sekaligus menggenggam dan mengusap pantat yang padat dan berisi itu.

Lira merasa belum cukup ketika Andi menarik lengannya. Tapi, ia mengikuti saja keinginan pujaan barunya itu dan menyambut kecupan hangat Andi di bibirnya. Ia merebahkan tubuhnya sembari menarik Andi. Lira sudah tahu kelakuan laki-laki. Jika sudah menarik dan merebahkan tubuh perempuan berarti laki-laki itu sudah ingin melakukan penetrasi.

Namun, dugaannya meleset. Andi justru merebahkan badannya di sisi Lira. Berbaring miring, Andi mengisap lagi buah dadanya. Lira semakin kagum akan laki-laki yang satu ini, benar-benar penuh kendali diri. Ia semakin kaget ketika jemari Andi mulai bermain lagi di sekitar kemaluannya. Kali ini usapannya sedikit keras dan cepat menggosok klitorisnya. Lira menggelinjang menerima perlakuan Andi. Benar-benar laki-laki penuh misteri, pikirnya.

Laki-laki sempurna, pikir Lira menyadari betapa beruntungnya ia berhasil mendapatkan Andi seperti sekarang. Bisa mendapatkan lagi sesuatu yang dulu hilang direnggut kejamnya Dani terhadap dirinya. Kalau saja ia tahu Dani hanya mempermainkannya saat itu, tidak akan ia mau menyerahkan semua kehormatannya kepada laki-laki brengsek pengecut itu. Rasanya muak hatinya mendengar semua orang membicarakan perkawinan Dani saat ia baru dua bulan memadu kasih dengan laki-laki keparat itu.Untung Boy hadir sebagai penyelamat. Ia sayang pada laki-laki ini, tapi kadang perasaannya tak tega melihat kebaikkan hati Boy.

Tapi kali ini ia ingin total merasakan kehangatan Andi. Kekagumannya membuat ia semakin senang akan apa yang dilakukan Andi padanya saat ini. Menikmati usapan jemari Andi yang cepat itu membuatnya ia sanggup melupakan semua pikirannya pada dua laki-laki yang telah sempat mengisi relung hatinya.

Di tengah lonjakan-lonjakan kecil menikmati permainan Andi, tiba-tiba ia merasakan sekujur tubuhnya sebuah rambatan energi tiada tara yang membuat sejenak dirinya seperti melayang. Suara-suara di sekitarnya seketika seperti lenyap, hanya terasa desiran tiada tara yang membuat tubuh sempat terbujur kaku sejenak dan berikutnya terlonjak-lonjak demikian kuat yang semakin lama semakin melemah frekuensi dan intensitasnya. Matanya terpejam, ia baru saja merasakan sensasi terbesar yang belum pernah sekalipun ia rasakan dengan laki-laki lain. Liang vaginanya pun terasa berdenyut lebih kuat dan saat semuanya belum mereda, Andi sudah menindih tubuhnya. Ia bisa merasakan bobot tubuh Andi terutama di bagian bawah pinggangnya. Tangan Andi sudah tegak di sisi buah dada Lira kekar menopang badannya sendiri. Ia bisa merasakan bagian tubuh bawah Andi bergerak-gerak berusaha mengarahkan acungan penisnya. Lira pun langsung meraih penis nan kokoh itu dan membimbingnya ke ujung vaginanya.

Andi tersenyum dan Lira membalasnya dengan senyuman manis diiringi anggukan penuh kepasrahan tanpa paksaan. Terasa Andi mendorong kuat pantatnya dan Lira juga bisa merasakan rengsekan batang kemaluan Andi di dinding vaginanya. Sungguh halus dan penuh perasaan Andi memasukkan penisnya ke vagina Lira. Perlahan cairan di dalam vagina melumasi permukaan penis Andi. Tak ada rasa sakit sama sekali meski penis tersebut lebih besar ketimbang milik Dani dan Boy. Itu karena Andi melakukannya tanpa terburu-buru dan tanpa memaksa. Mulai terasa perih ia menarik kembali penisnya sedikit dan membenamkannya lagi sampai akhir seluruh penisnya dilumat vagina Lira. Sodokan pertama penis tersebut masuk seluruhnya sanggup menyentuh bagian dalam vagina Lira yang belum pernah tersentuh sebelumnya. Lira pun merasakan sekali lagi kenikmatan luar biasa itu. Apalagi, Andi tidak langsung memompa pantatnya cepat-cepat dan keras. Pertama masuk penuh, ia menahannya dan memandangi wajah Lira dan kali ini ditambah sebuah kecupan mesra. Lira seperti diawang-awang diperlakukan seperti itu. Ia merasa dirinya demikian berharga di hadapan Andi,

Andi sendiri merasa telah memenangi sebuah peperangan. Penisnya yang sudah bersarang di vagina Lira adalah sebuah tanda babak baru hubungannya dengan Lira yang tidak akan mudah dikembalikan seperti sedia kala. Bersatunya kedua tubuh mereka adalah sebuah ikatan emosi yang hanya bisa dirasakan oleh Andi dan Lira, tak seorangpun bisa merasakan itu.

Setelah itu, mulailah Andi menggerakkan pantatnya mengangkat dan menekan yang membuat penisnya keluar masuk bergesekan dengan liang vagina Lira. Hangat dan lembut bisa Andi rasakan lewat sekujur penisnya dari dalam vagina Lira.

Lira menyambut setiap gerakan Andi dengan jepitan dan gerakan kecil pantatnya. Dari mulutnya keluar erangan yang semakin lama semakin keras dan cepat berirama. Melihat Lira terpejam dan mengerang dengan mulut yang sedikit terbuka sambil mendongakkan kepala membuat Andi makin bernafsu. Lira semakin seksi dalam kondisi seperti itu. Lehernya yang putih dan guncangan kuat pada buah dadanya membuat Andi semakin ingin membenamkan penisnya dalam-dalam di vagina Lira. Apalagi setiap ujung penisnya menyentuh pangkal vagina Lira. Rasanya sungguh tiada tara. Derit ranjang mulai terdengar seiring semakin kuatnya sodokan Andi. Tapi mereka sudah tidak peduli. Lira bukan tidak menyadari seseorang pasti ada yang mendengar deritan tersebut di bawah. Apalagi kalau teman kost yang menempati kamar di bawahnya sedang berada di kamar. Tapi ia yakin semua temannya akan maklum.

Semakin kuat dan cepat sodokan Andi membuat Lira merasakan lagi desakan rasa luar biasa yang akan tiba. Ia hanya bisa mencengkram punggung Andi keras-keras ketika desiran itu semakin kuat dan mencapai puncak. Kepalanya benar-benar mendongak ke atas hingga kedua bola matanya hanya terlihat tinggal putihnya. Setelah sampai, sekali lagi ia merasakan tubuhnya ringan dan aliran darah mengalir deras ke arah vaginanya. Dinding vaginanya berdenyut kuat hingga Andi juga bisa merasakannya. Andi langsung menghentikan gerakannya membiarkan penisnya merasakan cengkraman kuat yang terjadi hanya beberapa detik itu. Tindakan Andi juga membuat Lira merasakan kenikmatan luar biasa. Kali ini terasa lebih nikmat karena denyutan vaginanya tertahan penis Andi yang sedang membenami kemaluannya itu. Semakin banyak saja kekaguman Lira pada Andi. Tahu kapan ia akan merasakan puncak kenikmatan dan menghentikan sodokan membuat Lira bisa merasakan sepenuhnya kenikmatan tersebut. Sebuah teknik bercinta yang baru kali ini Lira rasakan.
“Andi…,nikmat sekali…,”

Lira memeluk Andi kuat-kuat dan menciumi pipi dan pundak laki-laki itu. Sekali lagi Andi tersenyum membalas Lira.
“Enak?”
“Banget!” Jawab Lira singkat dan tegas.
“Gaya lain…?”
Lira langsung mengangguk dan menunggu aba-aba Andi gaya apa yang diinginkan Andi.

Andi membalik badan Lira dan mengangkat badan bagian bawah Lira dengan memeluk pinggang dari belakang. Lira langsung berdebar-debar begitu tahu Andi ingin melakukan gaya doggy. Missionari saja sudah sanggup mencapai pangkal vaginanya, apalagi doggy.

Tak menunggu lama Andi langsung memasukkan penisnya. Lira menunduk sambil menggigit bibirnya merasakan seluruh penis Andi terbenam makin dalam di vaginanya. Pantatnya terangkat tinggi yang membuat Andi semakin tak bisa mengendalikan birahinya. Kali ini Andi langsung mendorong dengan cepat dan Lira mengikuti irama dengan mendorong pantatnya ke belakang. Keduanya sama-sama merasakan kenikmatan yang lebih dalam.

Masuk hitungan belasan menit menyodok vagina Lira, belum ada tanda-tanda dorongan Andi melemah. Sebaliknya justru makin kuat, membuat Lira makin bernafsu. Tetesan peluh mulai membasahi keduanya, namun baik Lira dan Andi justru makin bersemangat. Lira, yang bisa dua kali beruntun merasakan kenikmatan puncak saat disodok Andi dari belakang justru semakin ingin merenguk terus kenikmatan itu. Pantat dan pinggangnya makin bergerak liar membuat Andi tak mampu menahan lenguhannya.

Tiba-tiba ganti Lira yang berinisiatif. Ia lepaskan penis Andi dari vaginanya dan mendorong Andi sampai terlentang. Ia langsung memanjat tubuh Andi dan duduk di atas acungan penis Andi yang masih kokoh berdiri. Melihat Lira bergerak naik turun, Andi tak kuasa untuk tidak meremas buah dada Lira yang terguncang-guncang. Telapaknya yang besar berusaha meraup seluruh permukaan buah dada itu, tapi tidak pernah berhasil. Remasannya makin kuat membuat Lira makin mempercepat gerakannya.

Sekali lagi Lira harus mengaku kalah. Karena meski ia telah mencoba berbagai goyangan yang dipadu dengan gerakan naik turunnya, justru ia yang kembali merasakan desakan kenikmatan dari liang vaginanya. Lira langsung ambruk menindih Andi yang sudah siap menerimanya dengan pelukan mesra dan kecupan hangat di ubun-ubunnya.

“Kamu kuat banget Ndi…”
“Kamu di bawah lagi ya…?”
Lira mengangguk lemah dan menggulingkan badannya ke sisi kanan Andi.

Sebelum Andi memasukkan lagi penisnya ke vagina Lira, Lira memberikan sesuatu yang belum pernah ia lakukan pada laki-laki manapun yaitu memasukkan penis tersebut ke mulutnya. Sebelumnya ia tidak mau mengulum penis yang sudah masuk ke vaginanya. Tapi, untuk Andi, yang telah memberikannya kenikmatan tiada tara, ia lakukan itu.

Puas mengulum dan menjilati penis yang dipenuhi lendir sisa persetubuhan mereka, Lira kembali merebahkan dirinya dan menyuruh Andi memulai lagi aksinya. Andi langsung bergerak dan dorongan seperti saat pertama mereka memulainya yaitu perlahan dan terus semakin lama semakin kuat dan cepat. Lira sudah pasrah kalau ia harus sekali lagi merasakan orgasme, tapi baru ia berpikirbegitu, tiba-tiba sodokan Andi terasa lebih keras dari sebelumnya. Sesaat kemudian Andi mengerang panjang dan menyodokkan penisnya sangat kuat beberapa kali. Lira pun bisa merasakan hangatnya muncratan sperma Andi di dalam vaginanya. Andi masih terus menyodok terputus-putus dan semakin melemah. Sperma Andi juga Lira rasakan mengalir keluar setiap Andi menyodokkan lagi penisnya. Setelah benar-benar selesai, Andi pun ambruk menindih Lira. Andi terdiam sesaat di atas buah dada idamannya itu merasakan betapa nikmat persetubuhannya dengan Lira.

Lira mengusap lembut kepala Andi penuh kehangatan.
“Puas Ndi…?”
Andi hanya mengangguk. Badannya terasa lemas. Lira tersenyum bahagia mendapatkan jawaban Andi. Paling tidak, tekadnya membuat Andi merasakan kenikmatan tertinggi berhasil ia lakukannya.

“Lir, nikmatnya benar-benar ngga ada yang nyamain…”
“Kamu juga hebat Ndi. Baru kali ini aku ngerasain orgasme….”

Keduanya pun duduk berdampingan di sisi ranjang. Lira merebahkan kepalanya di pundak Andi. Sambil membakar rokok, Andi merangkul Lira. Keduanya hanya bisa terdiam dan sama-sama tidak percaya apa yang baru saja terjadi di antara mereka.

Lira masih tidak percaya ia telah melakukan hubungan seks dengan Andi, pacar Lina, teman satu angkatannya. Meski ia memang sudah kagum pada Andi sejak pertama berkenalan, tapi akhirnya sampai berhubungan intim dengan Andi, adalah sesuatu yang tidak terbayangkan sebelumnya.

Andi, walaupun ia juga tertarik pada Lira diawali oleh ketertarikan fisik, tetap saja apa yang baru saja ia alami benar-benar di luar dugaannya. Apalagi Lira seperti menyambut keinginan terpendam Andi itu yang sebetulnya ia simpan dalam-dalam. Ia kenal Boy dan tahu bagaimana Boy selalu menerima sarannya dalam hal aktifitas di kampus. Ia juga tahu Boy sangat menghormatinya terutama sebagai senior meski beda fakultas.

Dalam diamnya, Lira tidak bisa membayangkan bagaimana marahnya Lina yang terkenal emosional di kampus. Serupa dengan Lira, Andi juga sulit membayangkan apa yang akan terjadi pada Boy jika ia tahu apa yang dilakukannya dengan Lira. Boy memang pendiam dan tenang, tapi Andi tahu Boy adalah orang yang keras.

Andi mengeratkan rangkulannya pada Lira. Lira pun membalasnya diikuti kecupan di bibir. Tapi Andi tak membalasnya yang membuat Lira bingung.

“Kenapa…?”
Andi menggeleng sambil tersenyum dan mengecup kening Lira dan mendekap Lira lebih dalam.
“Yuk ke kampus…,” ajak Andi sambil melepas pelukannya.

Lira mengangguk sambil tersenyum. Berpakaian, kedua lantas keluar kamar bersikap biasa. Andi lebih dulu menuju motornya di lantai bawah.

“Bareng aja…,” sahut Andi.
“Oke!”

Waktu saat itu menunjukkan pukul 4.15 sore. Keduanya tak sadar telah dua jam bercumbu dan berhubungan intim. Kalau sesuai janji, Andi sebetulnya sudah terlambat. Dan memang benar, saat tiba di kampus FH, anak-anak yang rapat sudah duduk-duduk di koridor kampus.

“Bareng Lira?” Tanya Lina tanpa curiga.
“Iya, tadi ketemu di jalan, ya sekalian aja.”
“Tunggu bentar ya, 10 menit lagi.”

Saturday, September 28, 2013

SEX PERTAMAKU DENGAN TETANGGA .......

Aku seorang pemuda yangbaru menginjak usia 16 tahun, dan untuk menambah uang sakuku, aku bekerja sebagai pencucu mobil tetangga.Kendaraan kesukaanku adalah mobil tetangga Leslie.Pertama dia memiliki kendaraan audi yang cantik dan kedua pemilik kendaraan tersebut memiliki tubuh yang sangat seksi! hahaha..
Bagiku yang masih bau kencur ini, pemilik mobil tersebut yang jauh lebih tua dariku (usia 20 tahun) tetap memiliki aura gadis muda yang erotis walaupun kini ia hidup terpisah dengan suaminya karena kasus selingkuhan sang suami dengan salah satu pegawai admin di kantor tersebut.
Aku telah menyelesaikan tugasku (mencuci mobilnya) dan segera menekan bel pintu rumahnya untuk memberitahukan bahwa tugasku telah selesai.
Aku mendengar suara dari dalam, “Masuklah”.
Aku membuka pintu dan segera masuk.Leslie segera turun dari anak tangga dengan mengunakan handuk mandinya.Handuk tersebut sangat kecil sehingga sedikit saja keatas maka bagian kemaluannya akan terlihat jelas.
“Ma’af”, jawabku malu melihat kondisi demikian. “Rasanya anda memperkenankan saya masuk”
“Tidak, saya tadi bilang saya akan segera datang.” Dia menjelaskan. “Tapi, sudahlah tidak apa.”
“Mobilnya telah siap.” Balasku kembali.
“Berapa, $5 nggak masalah?” Dia bertanya.
“Tidak apa.” balasku kembali.
Mbak Leslie melihat disekeliling ruang tamu dan mengambil tasnya yang berada di sofa kursi.
Ia mencoba meraih tas tersebut sambil menahan handuknya. Satu tangan menahan handuk, tangan lainnya berusaha membuka tasnya.Karena tas tersebut agak sulit dibuka dengan satu tangan, ia berusaha dengan cepat melepaskan tangan satunya untuk membantu membuka tas tersebut. Sedangkan handuk tersebut hanya sedikit terkunci melipat.Dia berusaha mengatur posisinya agar aman bagi handuknya…tetapi handuk itu malah slip dan mencoba melorot.Gerakan refleksi tangannya terlambat untuk menahan handuk yang terlepas tersebut.
Aku melihat sebuah pemandangan payudara yang sangat mengasyikan dan mengagumkan!Aku menelan air ludah.!
Setelah dibenahi kembali posisi handuk tersebut, ia mengeluarkan sejumlah uang dari tasnya dan itu cuma $3.
“Hmmm…sepertinya kurang”, gumamnya…kemudian ia kembali membuka tasnya dan berusaha menekan handuknya dengan kedua sisi lengan tangannya.
Dlm pencarian sisa $2 tsb, handuk tersebut terlepas kembali dan kali ini ia membiarkan saja.
Oh…my….god..payudara begitu kencang, bulu vagina yang begitu halus dan rapi serta pinggul dan pantat yang sangat mengembang!Perfect body!!!!
“Ia bergumam datar tanpa menoleh kepadaku; kupikir kamu tidak masalah dengan segitu saja?”. Dan terus fokus untuk mencari sisa uang dalam tasnya
“Tidak.” balasku.
“Baiklah, kalau begitu.Aku akan memberikan sisanya esok saja.” Ia membalas cepat.
“Bukan, bukan itu maksudku (masalah sisa uang tsb),” balasku sambil melotot memandang tubuhnya. “Saya belum pernah melihat pemandangan seperti ini sebelumnya, maksudku.”
“Benarkah?” Dia bertanya kalem.
“Ya…hanya di buku dan tv.” balasku.
“Jadi bagaimana menurutmu?” Dia bertanya sambil mendekat.
“Anda begitu cantik sekali.” kataku sedikit gemetar.
“Terima kasih.” Dia membalas sambil berada tepat sejengkal dihadapanku. Aku dapat merasakan panas dari tubuhnya.
Leslie kemudia menarik tanganku dan menempelkannya diatas payudaranya, lembut…kejal….dan celanaku menjadi tidak karuan bentuknya. AKu merasa tidak nyaman dengan posisi penis didalam celanaku.
Leslie meraih ikat pingangku dan membuka kancing jeans ku. Dan melorotkannya!
Penisku mengembang didalam celana dalamku dan mengarah kesamping.
Kemudian ia meraih penisku dari dalam celana dalamku. Saat yang kunanti telah tiba.
“Kamu sudah besar ya…”jawabnya pada penisku sambil tersenyum. “Biar aku yang mengurusmu!.” katanya nakal pada penisku sambil menyentil kemaluanku.
Aku hanya diam seribu bahasa. Ia menarikku untuk tidur dilantai.Kemudian ia menindihku.
“Aku yakin ini tidak akan lama.” katanya mengoda sambil mengerayangi tubuhku hingga menuju batang penisku.
“Ee…” hanya itu yang bisa aku ucapkan.
Aku merasa ia mencium penisku dan kemudian ada terasa hangat pada saat penisku berada dalam mulutnya.Tak terbayangkan rasa itu, dia berhenti sejenak dan kemudian melahap penisku sangat dalam hingga aku merasa menyenggol kerongkongannya.
Dia benar! Karena ini merupakan pengalaman pertama bagiku, aku tidak kuasa menahan semua tekanan darah dalam penisku.Penisku mulai mengencang hebat dan rasanya dengan hisapan demikian aku sudah tidak sanggup lagi untuk mencegah spermaku keluar.
Penisku menyemprot sperma dalam mulutnya!.Mbak Leslie tidak juga melepas lumatan penisku, ibarat bayi yang sedang menyusui…ia menghisap semua spermaku dan menjilat semua sperma yang masih membekas di penisku.
“Bagaimana rasanya…sayang?” Dia bertanya.
“Wowwww, enak sekali mbak.” balasku.
Ia kemudian berbaring disampingku. Aku berbalik dan segera menindihnya.Aku meremas dan mengelus semua bagian tubuhnya.
Aku bergerak kearah mulutnya dan segera melumat bibir mungil itu. Kamipun saling fiting lidah.Aku mencoba meraih bagian vagina dengan tanganku dan segera menarik dan mengesek itil dari mbak leslie.
“Kalem dong sayang.” mbak leslie segera meraih tanganku dan membimbingnya untuk mengosok bibir dan clitorisnya dengan perlahan.
KAmi terus melanjutkan ciuman kami, kemudian ia menekan kepalaku kebawah menuju arah vaginanya.Aku tahu ia ingin aku melumat vaginanya.Kulihat vagina itu sudah mulai basah dan aku mencoba menusuknya dengan jariku. Tetapi mbak leslie masih dalam kontrol yang baik, ia meraih tangaku untuk mengesek bagian luarnya lebih dahulu.Kulihat itil nya turun naik merasakan birahi yang sudah mulai naik pada wanita ini.
Kemudian ia memegang jariku untuk masuk dalam vaginanya.
Jarikupun masuk sedalamnya dalam vagina mbak leslie. Tak lama kemudian kedua paha mbak leslie merapat dan menjepit jariku.
Kurasakan gerakan ‘kembang kempis dan panas’ dalam vagina tersebut.Sepertinya vagina tersebut lagi berusaha ‘mengemut’ jariku!.
Aku hanya bisa menatap tubuh dan wajahnya yang cantik. Rambutnya yang terurai berantakkan menambah kekagumanku atas tubuh wanita ini.
“Apakah kamu berfikir ini sudah nikmat?” Dia bertanya mendadak.
“Ya.” balasku.
“Ohhh…belum sayang.” balasnya kemudian.
Dia melepaskan jariku dalam vaginanya dan mandorongku untuk tidur dilantai. Kemudian dengan cekatan ia sudah berada diatasku.Ia meraih penisku dan mengarahkan dalam vaginanya.
Dia benar, saat penisku mulai sedikit demi sedikit memasuki vaginanya, pikiranku kosong dan menerawang entah kemana.Hingga vagian itu menelan semuanya dan menyentuh buah zakarku….aku seperti terbang tinggi.
Kemudian ia melipatkan kakinya dan layaknya seorang joki, ia mengangkat cukup tinggi pantatnya dan menghujamkan dengan keras pada penisku….wooooowwwww…..that’s really fucked!!!!
Dan mulailah irama tungangan kuda yang cukup kencang dilakukan mbak leslie.Penisku dipelintir kesana kemari. Kiri-kanan, maju-mundur….
Sepertinya ia ingin mematahkan batang penisku !
“Ini nikmat sekali tante…!.” kataku menjerit.
“Aku membutuhkan itu.” Dia membalas sambil terengah-engah. “3 bulan kesendirianku akan kubalas padamu!” Katanya geram sambil menghempaskan vaginanya pada penisku!
Sepertinya mbak leslie menumpahkan semua birahi terpendam akibat kejengkelan dengan sang suami.
Ini bagaimana cara ia mengenjot penisku dengan ‘kasar’.
“Bisakah kau rasakan ini?” balasnya sambil mengigit bibirnya sendiri dan membengkokkan penisku kedepan.
Aku merasa penisku ditarik dan dikait vagina mbak leslie kesana kemari.
Rasanya sedikit keras dan sakit…tapi tetap kurasakan rasa nikmat yang liar dari style seperti ini….
“Bagaimana dengan ini?” sambil ia memaksa memasukkan sedalam-dalamnya penisku dalam vaginanya.Mimiknya sedikit geram pada tubuhku, dan rasanya ia ingin menelan buah zakarku….liar sekali…
Tak ada genjotan yang halus!…..Semua sentakan dan benturan mengunakan tenaga kuda!
Tak ada yang dikurangi…’Bagaimana dengan ini…hah?!” sahutnya geram sambil menghujamkan vaginanya dalam penisku dan digoyangnya pinggulnya sehingga membuat batang penisku seperti melintir….
Liar sekali….!..ia seperti kerasukan setan!…
Aku merasakan spermaku sudah akan keluar kembali…”Mbak aku sudah tidak kuat..” balasku memberitahunya….
“Tak apa sayang…keluarkan saja apa yang kamu punya..” jawabnya sambil terengah-engah.
“Didalam?”, balasku lagi…
“He…eh…” balasnya sambil menghujam penisku bertubi-tubi….
Ia menunduk dan mengigit putingku….”auwwww…” teriaku sedikit menjerit…
“Pelan2 mbak..”, pintaku…
Mbak leslie tidak perduli sambil terus mengigit putingku kiri dan kanan, ia memutar pantatnya seperti gilingan!
Aku sudah tidak kuat…Mbak aku sudah hampir mau keluar…!
“Sabar sayang, mbak juga….kita barengan..” pintanya.
Dan akhirnya ia berkata, “kamu siap?”, sambil terus memompa penisku dengan irama yang sungguh cepat!
“Yaaaa…”,balasku.
Dan karena tak kuasa lagi, kusemprotkan spermaku dalam vagina itu, serrr…serrr…serrr…3x kali kusemprotkan spermaku dalam vagina mbak leslie dan rasanya nikmattttttttttt sekaliiiiii.Sepertinya “kedutan” vagina itu siap2 untuk hal yang sama…Dan tak lama kemudian segera ia bangkit mengangkangiku dan menyuruhku untuk menyodok semua jariku dalam vaginanya….
Lima jariku-pun kumasukkan dalam vagina tersebut…dan kusodokkan keluar masuk….
“Aku sudah mau keluarrrr….” jawab mabak leslie berteriak panjang.
Dan benarlah…jemariku semakin merasakan “jepitan kedut-kedut’ dalam vagina itu…
Kemudian tiba2 ia menarik dan mengeluarkan tanganku…dan memberikan vaginanya ke arah mukaku…
“Masukkan lidahmu sayang….masukkan!”, perintahnya sedikit memaksa!
“Owww…geli bercampur ngeri…”, bathinku…
Vagina itu nampak becek sekali akibat spermaku!
Mbak leslie segera menjambak rambutku dan menyodorkan mukaku secara rapat ke vagina nya…
“Masukkan sayang lidahmu…dan mainkan!”, katanya memohon sambil memaksa.
Aku memasukkan semua lidahku dalam vagina itu dan mengerakkannya seperti ular dalam gua…
Ia menuntaskan dengan mengeluarkan sperma nya dalam kurun waktu yang cukup lama pada lidahku dan sperma itu mengalir masuk dalam mulutku…Ia berteriak keras, “ouwwwwww….yess….yessss..”, entah berapa kali semprotan halus spermanya menyentuh lidahku.
“Suck me babe…suck me”, katanya sambil menjambak rambutku.
Rasanya lama sekali ia mengeluarkan pejuh nya….
“Rasakan itu…boy…rasakan!”, cerocosnya ngawur dan geram..
Ia benar2 menumpahkan semua orgasmenya pada mulutku!
“Ooohh…yeah…that’s right….”, katanya sedikit mengakhiri orgasme tersebut.
Aku tidak bisa berbuat apa2…jambakannya begitu keras dan dengan kepalaku yang sedikit mengangkat, maka sperma campuran itu tertelan olehku…
Asin…anyir…dan aku rasanya mau muntah….
“Oooohhhh….yesss…”, jawabnya lega sambil belum melepaskan jambakan tanganya pada rambutku.
Seolah ia ingin aku menghabisi semua sperma yang ada pada vagina tersebut..Aku sudah tidak tahan dan segera aku berontak….karena aku tersedak hebat dan mau muntah jika dipaksakan terus….
Akupun melompat dan segera kuhempaskan kesamping tubuh mbak leslie…
Aku terbatuk dan tersedak…Ku keluarkan sisa sperma yang masih ada dalam mulutku…
Mbak leslie hanya memandangku dengan tertawa kecil dan puas…
“Bagaimana sayang..?”, jawabnya lemas sambil tersenyum
“Luar biasa mbak..”, jawabku sekenanya setelah kondisiku sudah mulai tenang.
“Kalau ada waktu, kita lakukan ini kembali ya say…”, balasnya meminta.
“Ya…kita lihat nanti gimana keadaanya..”, balasku capek.
“Benarkah?” balasnya.
“Ya”, jawabku enteng.
Akhirnya kami sudahi permainan tersebut, dan uang $5 tidak jadi kuambil…
Rasanya pengalaman ini jauh lebih berharga.
Akhirnya kami melakukan kembali pada waktu tertentu, hingga akhirnya ia memutuskan pindah ke negara bagian karena kasus cerai dengan mantan suaminya telah selesai.
Selamat tinggal mbak leslie…kataku dalam hati menghantarkan kepergiannya
NASABAH IDOLAKU .....

Selamat pagi mbak ini saya mau ngecek saldo rekening PT SAE begitulah pertanyaan yang sering dilontarkan oleh nasabahku ini, sebut saja namanya yudhi. karena sering bertemu baik di telepon maupun saat dia ke bank aku menjadi akrab juga dengannya. dengan penampilannya yang kalem sebagai seorang wiraswastawan muda cukup menggetarkan hati juga bila melihat senyumnya, namun sering timbul keraguan untuk menyapanya lebih jauh melihat wajahnya yang kelihatan kurang suka bercanda dan lebih banyak berbicara serius setiap bertemu. sampai suatu hari ketika pulang kerja menunggu taxi sebuah mobil cherokee mendekatiku ternyata isinya adalah pak yudhi, menawarkan apakah aku mau kalau dia antar pulang. benar-benar kesempatan untuk mendekatinya karena kutahu dia belum ada yang memiliki.
Singkat kata dalam perjalanan ternyata pak yudhi ini memiliki selera humor yang tinggi aku sampai terpingkal-pingkal mendengarnya. di perjalanan yudhi (demikian ia ingin dipanggil) mengajak untuk makan malam dahulu aku iyakan saja tapi karena capai aku mohon diantar pulang dulu untuk mandi. sampai dirumah kos kupersilahkan yudhi untuk duduk di ruang depan (rumah kosku mirip apartemen) selagi aku mandi alangkah kagetnya ternyata aku lupa membawa handuk yang ku jemur diteras depan, sedangkan pakaianku sudah kurandam di ember. dengan terpaksa aku memanggil yudhi untuk minta tolong mengambilkan handuk didepan. dengan tangan gemetar kusambut handuk yang diberikannya, namun aku tak sanggup untuk menutup pintu kamar mandi demi melihat pandangan matanya yang begitu mempesona, tanpa sadar aku telah berdiri telanjang didepannya.
Agaknya yudhi ini tipe lelaki berpengalaman yang tahu cara memanfaatkan situasi, ditariknya tanganku dan dipeluknya tubuh telanjangku yang masih basah, diciumnya bibirku hingga lumat. akkhh...aku mengelinjang kegelian, karena nikmatnya aku sudah tidak sadar dalam keadaan telanjang. di remas-remasnya payudaraku walaupun tidak terlalu besar namun menimbulkan kegelian dan kenikmatan tersendiri bagiku. dengan cepat yudhi membuka pakaiannya dan dengan wajah memerah aku pandang kontolnya yang besar dan panjang itu. terus terang aku bukan pertama ini melihat punyanya lelaki, tapi milik yudhi beda benar dengan milik yayak pacarku di kota lain. tidak tahan aku remas-remas batang kontol dan bijinya, kulihat yudhi memejamkan mata sambil berdesis aahhh...teruskan nissa..terus, desah yudhi sambil tangannya turun mempermainkan memekku yang sudah mulai terasa basah. kita dikamar saja yu biar lebih enak ajakku.
Aku diangkat kedalam kamar tidurku dan dibaringkannya aku di dipan. yudhi mulai menjilati seluruh tubuhku sambil memuji tubuhku yang putih bersih. betapa menyenangkan dan nikmatnya. yudhi nasabah idolaku kini sedang sibuk menjilati seluruh tubuh telanjangku....ohh teruskan yud..teruskan. tiba-tiba dia menghentikan jilatannya dan berdiri menyodorkan kontolnya ayo nissa kamu isa dong kita 69 sekarang. mulanya agak kagok juga aku isap kontol yang besar itu, tapi lama-lama enak juga, sementara aku merasakan kegelian yang amat sangat dari bagian memekku yang sibuk dijilati oleh yudhi. setelah sekian lama yudhi membalikkan tubuhku dia mulai mengarakan kontolnya ke memekku, sambil berbisik dia memimnta ijinku nis aku masukkan yach, aku sudah tak tahan lagi dengan jilatannya hanya bisa menggangguk, bless kontol yang besar itu masuk ke memekku, akhhh yu pelan sakit, karena lama sekali aku tidak pernah berhubungan dengan pacarku rasanya sakit sekali.
Namun dengan tanpa belas kasihan si yudhi malah memasukkan seluruh kontolnya hingga amblas, akhhh....aku merasakan sakit yang luar biasa namun kenikmatan yang ada mengalahkan rasa sakitku, apalagi aku mulai merasa memekku terasa basah sehingga melicinkan jalan kontolnya yudhi. terusin yu..akhhh..uuhhhhh..desisku berulang ulang. dengan bengis si wajah dingin ini mengentot memekku..tiba-tiba aku merasa ingin kencing rupanya aku sudah hampir mencapai puncak aku cakar punggung si yudhi sambil melenguh keras yuuuuuu...akhhhhhh banjir terasa di memekku...
Yudhi meminta aku menungging dengan gaya doggy style aku dientotnya lagi dari belakang sampai aku mengalami orgasme yang kedua kalinya ternyata si yudhi masih kuat dan belum menampakkan akan berhenti, terus terang aku sudah capek namun karena kenikmatan yang aku rasakan si yudhi ini mencoba dengan berbagai cara, setelah hampir selama satu jam dia mengentot memekku barulah dia berbisik ayo kita keluarkan bersama akhh..uhhhh, yudhi mulai mempercepat genjotannya akupun dengan tanpa sadar ikut bergoyang dengan cepat mengikuti iramanya..kulihat yudhi memelukku dengan erat dan menciumu lobang telingaku dan mempermainkan lidahnya ohhhh geli dan nikmat rasanya yudhi semakin mempererat pelukannya ahhhh nissss....yudddhh...... kurasakan di memekku mengalir cairan hangat ternyata yudhi sudah mencapai puncaknya dan saat bersamaan kurasakan sesuatu yang tidak dapat kutahan lagi dari memekku kucoba untuk kutahan namun tak bisa aku ikut muncrat dan mengeluarkan bunyi seperti orang kentut..ehhh si yudhi malah nambah terus goyangannya akhhhhhhh... kami berpelukan dan rebah bersama.
Akhirnya kami sampai lupa makan malam itu sampai pagi kami melakukannya sampai lima kali dan aku mengalami orgasme berkali-kali. esok paginya dengan wajah lesu aku pergi kekantor dan telepon berdering hallo bisa tanya saldo rekening mbak. rekening perusahaan apa kutanyakan, dijawab rekening saldo semalam ternyata diseberang sana si yudhi menelepon. demikian akhirnya hampir setiap ada kesempatan pasti kamilalui dengan ngesek di kamar mandi kantor-ku bekerja, di mobil, di pantai, dll. sekian dulu kisahku nanti kuceritakan saat aku pacarku datang

Thursday, September 26, 2013

teman sepupuku minya di pijet .....

Namaku Al,23tahun aku seorang mahasiswa d salah satu universitas swasta d kota J,aku tinggal bersama sepupuku dan suaminya,maklum kampungku lumayan jauh,,,
Ceritanya terjadi april 2011,mataku terbuka melihat jam yg terletak di dinding kamar,ternyata sudah pukul 10 pagi,telat neh ngampus,aku mendekati sepupuku yg sudah bersiap2 mw pergi,
Kak,,kok tidak membangunkanku???
Lah,,kan kamu ga bilang,lagian kamu juga ga mengaktif kan alarm,,,kenapa telat lagi??
Iya,,,aku masuk jam 8,,         
Rasain,,kk mau pergi k rumah temen abang dulu ada acara,lw kamu mu keluar kunci pintu letakkan di bawah pot ya,,,
Akupun seorang diri di rumah,,membosankan,lalu aku menonton tv,sekitar satu jam kemudian “tok tok tok,,” ketokan pintu terdengar,,lantas aku segera beranjak,setelah pintu terbuka aku melihat kak Isra teman kk sepupuku yg sangat manis,rambutnya sebahu,dan tubuh nya yglumayan langsing dengan baju panjangsampai lutut,dan lengan pendek ,putih banget bagi orang melayu,aku tertegunn melihatnya.ini dia orang yg seringmembuat ku onani.oh kak isra
Hey Al,,,mana septy???
Eee,kk ne siapa ya??
Kamu ngigo ya?? Makanya mandi dulu
Abis kk cantik banget?? Sedikit menggodanya
Ga ada uang kecil neh buat Al,,,hehehe,,,cepet ah kk cape neh
Iya ayo masuk deh,,,
Kami pun masuk dan lansung ke ruang tengah,kak isra seh dah biasa d rumah jd semaunya aja,dia masuk kekamar sepupuku dan keluar lagi mengambil bantal,lalu menonton tv sambil rebahan
Kak septy lagi kerumah temen abang kak,katanya seh ada acara....
Ya udah ntar kk telp dulu...
Dia menelpon kak septy,aku terus memperhatikan tubuhnya dr belakang,akupun mulai berhayal,tak tahan aku pun ke kemar mandi,tak lama kak isra memanggilku,aku tahan dulu kegiatan onaniku,dan mendekati kak isra
Ada apa kak??
Kamu ngapain??
Tadi Cuma pipis doank kak...
Tadi kk telp septy,katanya mungkin pulang jam 9 malem katanya,lw abang k mana??
Lw abang kan masih di proyek kak,,,,,
Lalu kak isra pun duduk.
Al,,septy pernah bilang katanya kamu pinter mijet,,kamu sering pijitin abang katanya,,
Ohh iya kak sering ,tak ga pinter kok,,napa kak??
Kk kan kemaren bis dr jakarta,nah kk cape banget pijitin kk mw ga,plisss???
Apaaaaa,,,kak septy minta aku memijat tubuh yg aku bayangkan selama onani ini,,,kaget tak luput dr perasaan ku, aku pun langsung mengiya kan nya
Gimana ne Al,kk ga pernahdi pijetpa lagidi urut..
Kk tengkurep aja nyantai sambil nonton jg gpp kok....
Aku pun duduk di sekitaran telapak kakinya terlihat sedikit paha putih mulus kak isra dr baju panjang yg dia kenakkan,aku memijit telapak kakinya sambil melihat daerah paha kak isra,dia sedikit agak geli mungkin pertama kali di pijet ya..
Sttt,,,pelan2 Al kk agak suka kaget,,
Iya kak tenang aja ne aku pijit dari bawah biar semua terkumpul di perut...
Iya deh.....
pijitanku pun naik hingga betis,,kiri dan kanan betisnya aku rasakan
ouuhh betapa beruntungnya aku,bisa memegang tubuh kak isra hari ini
dy pun merasa enjoy dengan pijitan ku,tanganku pun terus naik sekarang aku memijat pahanya,napasnya mulai terdengar,dengan perlahan aku pijat terus pahanya,
hmmmm,,enak Al pijatan kamu,,,,tp mesti pijet paha juga ya??
Kan kk bilang capek berarti seluruh badan kk t uratnya kenceng,,,
Iya deh Al,,asal badan kk enak aja,,
Sedikit demi sedikitbagian bawah baju kak isra ku angkat ke atas sambil ku tundukkan kepala melihat CD yg di kenakkannya,,terlihat kak isra memakai CD putih polos,betapa ingin aku memegang vagina kak isra tp belum saatnya,tangan kak isra pun memegang bagian pantatnya mungkin dia takut bajunya terlalu naik,pijatanku perlahan mendekati pangkal pahanya,napasnya kini kian cepat,dan diiringi desahan kecil,
Hmmm uuh,,Al kok begitu ehhh,,
Gpp kak biar peredaran darah kk lancar
CD nya pun terluhat jelas dengan belahan vaginanya yg berada di tengah CD nya,,ku pindah kan tangan kak isra yg memegang pantat,dan ku pijit bagian pantatnya,dia kembali memegang tangan ku,sambil melihat ke arahku dengan tertawakecil
Kok pijet itu Al,,mau cari kesempatan ya kamu,ga boleh ah??
Gak kak kan dr bawah kk tenag aja deh pokoknya enak
Dia mulai gelisah ketika aku memijat pantatnya,ku putar2 bagian gunungan pantat kak isra sambil perlahan ku naik kan bajunya,desahan nya pun mulai keluar,sungguh indah body kak isray,peniskupun sdah terasa amat kencang,d tambah desahan kecilnya yg membuat birahi ku naik,lalu pijatan ku hentikan,aku menyuruh kak isra duduk,aku mau memijit bagian atas dada dan perut.
Buka kancing bajunya kak bagian atas doank
Kamu mau mijit apa lagi Al??
Sekarang bagian atas kak biar angin nya turun,,
Tiga kancing bajunya di lepas aku mulai merasakan bagian dada nya,sungguh pikiranku sudah tak karuan ,aku merasakan ingin memeluk kak isra,yg wangi ini,bagian atas payudara kak isra mulai terasa ,hangatdan lembut,ingin sekali aku remas payudara kak isra,tapi aku belum berani melakukannya,kemudian tangan ku memijat pelan perutnya dr luar baju,aku merasa sedang memeluk kak isra,
Maaf kak lepasin BH kk ya,,?soalnya nyangkut ne aku mijetnya,,
Ehh kamu ada2 aja Al,,ga ah,,
Kk kan bisa buka Bhtanpa membuka baju,,ntar salah pijitnya jd kaku lo ..
Iya ntar kk coba buka,,,
Akhirnya sleeeeep BH nya terlepas tanpa membuka baju,,aku melihat belahan dadanya dari atas sangat menggoda,payudara kak isra indah sekali,kenceng,aku meneruskan memijat perutnya sambil sedikit merasakan payudara nya yg aduhai hangat,desahannya kini mulai kuat,aku memberanikan diri memijit payu daranya,tangan ku memijat mengelilingi payudara kak israsekarang terlihat jelas puting susunya yg agak bening sesekali aku mencubit pelan putingnya dan terus memijit payu daranya yg kenyal tanpa henti.tangannya memegang tanganku sepertinya dy mau melepas tanagn yg sedang memijit mesra payudaranya
Ssstt ahhhh,,,ahhh Al jangan yg ini ahh gila kamu AL aaahh
Tenang kak ini biar dada kk ga turun,selalu kenceng jadinya,
Aahhh,,Al ehhh,,auuuhhh sssttttt
Belum puas aku rasakan dadanya,aku memintanya membuka baju.
Buka baju kk ya aku mau mijit bagian punggung kk...
Iya deh dah tanggung kamu jangan liat ya....
Iya kak tunggu aku ambilkan selimut dulu,,,,
Aku berikan selimut kepadanya dan aku berbalik badan biar dia percaya jika aku memang meijatnya tidak mau macam2 kepadanya,padahal sebuah rencana sudah ada di pikiranku,setelah dy buka baju,sekarang aku memintanya tekurep kembali,akubuka bagian punggung nya ya bersih itu yg ada sedikit bekas tali BH nya,langsung aku pijat dari bawah ke atas dia pun bergerak2 menahan ransangan yg sudah dia rasakan,,dan tanganku terkadang mengenai pinggiran payudaranya hingga atas pantatnya,dia hanya mendesah,setelah puas merasakan punggungnya aku membalik kan badannya,terlihat tubuhnya yg tidak memakai baju dan hanya CD yg menutupi vaginanya,aku kembali memijat payudara dan pentilnya seksi,dia hanya memejamkan mata,dan terus mendesah,kemudian aku melanjutkan memijit atas vaginanya tepat di atas bulu2 yg masih tertutup CD dengan kencangaku memutar2 vaginanya dengan telapak tangan kanan,sedangkan tangan kiriku tak henti memijat dadanya yg kencang.
Ahh Al aaa aapa ini,,,??stt ahhhh aaaahhh
Aku tidak menghiraukannya aku terus meerasakan vaginyanya dengan tanganku,dia tak kuasa menahan ransangan yg sedang menyerangnya,ketika aku melihat kak isra sudah di landa nafsu yg luar biasa aku segera melepas CD nya,,wahh benar2 cantik vagina kak isra ,tebel,dengan bulu yg lebat.aku pun merenggangkan kakin nya.dia memegang tanganku.dan aku sedikit berbohong.
Sekarang aku akan mengeluarkan kotoran yg ada di dalam kak....
Ahhhh ,,,,Al jangan,,,,kk ga ga ma mau,,,
Ku buka mulut vaginanya dan ku mainkan klistori kak isra dengan telunjukku,dia semakin menggerang ,mendesah yg tiada henti,tubuh nya kencang,terus mumainkan vagina nya hingga telunjukku masuk ke liang vaginanya,ku colok vaginanya keluar masukdengan kencang.
Aaahh,aaaahh,eeehhhh,,,,,eeeeehhhh,aaaaaahh
Al aaauhhhh,,,,ssttt aaahhh
Sampai aku rasakan jariku sudah basah,oleh air kenikmatan kak isra..
Ku hentikan sejenak ,dan aku melepas celanaku,,napas kak israpun seperti orang yghabis lomba lari,,,ku pegang penisku yg sudah membesar dan kencang,,ku arahkan ke vagina kak isra
Aku coba ya kak,,,udah lancar ga,,,
Ngapain AL???
Dengan mudah aku memasukkan peisku kedalam vaginanya,bleeees amblas penisku masuk dalam ke vagina kak isra yg hangat,kak isra hanya terpejam dan merasakan kenikmatan,ku pompa keluar masuk vagina kak isra,,,,ouuhh ini lah yg selama ini aku inginkan yg hanya bisa ku bayang kan di dalam onanik,sekarang aku merasakannya,,ku pompa dengan kencang vagina kak isra,sambil ku cium dan ku jilati ketiak kak isra yg putih dan sedikit bulu bekas cukuran,,dan membuat kak isra semakin tak karuan
Aahhhhh,,,aahhh,,,Al,,, te ,,terus ,,aalll
Ahhh ,uhhhhh,aaahhhh,,,,,
Kemaluan kk cantik dan enak,,
Kak isra memegang kepalaku dengan kencang,,tiba2 aku merasakan penisku tersiram oleh cairan hangat,basah banget,rupanya kak isra sudah kembali orgasme,aku menghentikan gerakanku sejenak.tanpa mencabut penisku yg masih tertanam di dalam vagina kak isra yg nikmat,,dia terus mencekram rambut ku merasakan orgasme
Aaaaaaaahhhh,,,,,uh,,uh,,Al...
Nafasnya ngos2an
Ku lumat bibir kak isra dan dia pun melawan ciumanku,kami saling berciuman dengan penuh nafsu,,ketika asyik berciuman,kak ku balikkan badan hendak berganti posisi,,tenyata kak isra mengerti sekarang dia di atas,dia langsung mnggoyangkan badannya naik turun,gelisekali.
Ooouuhhh kak enan banget,,,
Ahh,,ahh,,,ahh,,ahh,,,sayanga,,ahh,...
desahan kak isra dan dadanya yg bergoyang naik turun membuat aku tak tahan lagi.
Aku mau keluar kak ,,,
Sttt aahh keluarin aja Al,,,,aahhh,,,,aahh
Kak isra tak henti menggoyangkan badannya dan semakin kencang,,,membuat aku merasakan puncak
Aaaaahhhhhhhh,,kak isra,,aaahhh
Spermaku keluarkencang di dalam vagina kak isra
Eeehh,,,eehhh hanget Al vagina kk auuuuhhh,,
Kak isra rebah di atas ku,aku membelai rambutkan isra dan kami kembali berciuman
Bilang aja kamu mau menikmati tubuh kk kan Al???
Emank dr dulu kak,tp td emang aku mau mijit kk,,tp setelah liat paha kk,,aku langsung pengen kak..
Kak isra menikmati penisku yg basah oleh air kenikmatannya di dalam mulut kak isra dan menjilatinya,
Uhh sial,,,tubuh kk jadi di cicipi bocah seperti kamu,,seumur2 kk baru sekali ML,,itupun dah lama banget,,,,sial kamu AL
Ga pp kan kak kk juga menimati tubuh aku kok
Tangan ku sambil mengelus2mesra vagina kak isra
Spermaku masuk kevagina kk,emank kk ga takut hamil?
Kk kan baru 3 hari selesai men sayang,,,Ya udah mandi yuk,,,,Kamu bersihkan badan kk ya..
Oke deh kak
Kami pun mandi bareng,,dan mengulangi bercinta di kamar mandi,,sekarang aku sudah jarang ketemu kak isra,karna dia bekerja di luar daerah,kadang kami melakukan phone sex dan jika kak isra kembali,dia pasti memintaku untuk memijat tubuhnya yg sexi itu
kenakalan keponakanku .....

aku ibu dr 2 anak dan usiaku 37 th,
kisah nikmat ini terjadi  2 thn yg laludisaat keponakanku rendra ikut membantu usahaku
aku membuka usaha di rumah ,sambil mengurus 2 buah hatiku yg masih kecil2...jadi keponakanku itu jga tinggal di rumah....setiap aku tidur kamar tdk pernah terkunci..pikiranku ga ke mana2 sehsoalnya di rumah jga ga ada orang asing....rendra selalu tdur larut menonton terkadang sampai subuh...dan kebetulan suamiku sedang pulang ke kampung halamannya...dan setiap malam aku juga sering mendengar langkah kaki dan tirai kamar seperti di buka dengan perlahanterlihat bayangan orang d depan kamar.....hmmm pasti kerjaan rendra yg sedang ingin melihatku tdur...dan dy jg sering memotoku waktu tdur...keesokan malamnya aku ingin memergokinya masuk ke kamar...karna aku sdah tak tahan lg melihat poto2ku yg ada di hp nya...sebelum tdur aku selalu minum air putih,,setelah minum aku kembali ke tmpat tdur dan tak sabar mau melihat kelakuan ngeresnya...tetapi beberapa menit setelah berbaringaku merasakan tubuhku berkeringatdan perasaan gelisah,,..aku merasakan aku sedang butuh belaian suamikusemakin lama rangsangan tubuhku semakin kuat....yg ku rasakan nafsu yg membara...ingin rasanya aku meremas dadaku dan menggosok2 kemaluankutp aku tak mau ketahuan sama rendrakira2 pukul 01 : 00terdengar suara langkah rendra yg datang ke arah kamarkudy memanggilku....."nte...."aku tak menjawab karna aku sedang menahan apa yg aku rasakan..."nte aku masuk yaa...??"aku langsung membetulkan dasterku yang sudah terlihat agak kusutlalu dy masuk dan langsung duduk d sebelah aku berbaring"tante kenapa ?sakit ya??"aku diam saja dan berpura2 tdur...saat dy memegang tanganku...badanku merinding rasa ingin di peluk oleh rendra...dasterku perlahan di tarik dan dy dengan pelam langsung menciumi belahan dadakuaku sangat terkejut,,ada perasaan marah tp birahiku sdah tak tertahankanaku membiarkannya saja....ciumannya turun lg kebawah sehingga dada putihku yg tak terbungkus bhjd kelihatan,dan kurasakan putingku di jilat dan dihisap dgan kuatahhh nikmat sekali,,aku tak bisa menahan diriku lagi...ku pegang kepala rendra,,dy terkejut,,aku mendorong kepalanya ke dadaku semakin kuat,,,"terus ren ,ga pa apa kok" jawabku sambil menikmati isapan mulut rendra,,,dy terus menarik dasterku ke bawah tp tertahan oleh stagen...sambil menghisap dan melepaskan remasan tangannya menarik dasterku dari bawahaku merasakan pijitan yg lembut di vaginaku,,,,puas menghisap payudaraku langsung dy arah kan ke palanya ke arah selangkangan ku...aku melihat batang kemaluan yg berbentuk membesar di celana pendek rendra...rendra pun membuka cd puith yg ku pakai,,aq lalu meremas2 kemaluan rendra yg sdah membesar itu"itu milik tante" ucap rendra sambil menciumi rambut2 halus vaginaku"wangi banget nte""ahhkk jilat aja ren enak lho"...rendra menjilati vaginaku dengan penuh nafsu...tidak hanya di jilat tap dy jga memasukan 2 jarinya ke dalam mulut vaginakudan rasanya sangat nikmat"akkhhhhh ren...akkhhh.." desahku setelah vaginaku basah oleh air ldah rendra yg tercampur air yg keluar dr vaginaku...rendra mendekatkan wajahnya ke wajahkudy langsung mencium dan melumat bibirkuaku membalah dengan jilatan lidah di bibirnyasambil bercumbu rendra berusaha memasukan penisnyake vaginaku aku pun menuntunnyaku buka kakikudan terasa penis rendra masuk mendadak ke dalam liang vaginaku"aaaaahhhkkkkkk" spontan rangsangan ku semakin kuatdengan menarik rambutku rendra memompa penisnya"terus ren aaakkhhh...."bibirku terus di ciuminyasemakin lama pinggul rendra semakin kencang memompa...dak kenikmatan yg sangat besar ku rasakan"akkhhhh ren....sssssss ...akkhhhhh"aku merasakan penis rendra yg sangat nikmat"sss enak nte ahhh,,love u nte.."kata rendra dengan terus memompa dengan kencangrendra berhenti dan mengambil nafasdan aku langsung membalikkan badan dan penis rendra masih di dalam vaginakuaku berganti posisi sekarang rendra yg di bawahvaginaku rasanya sangat gatelaku menaik-turun kan pinggul ku dengan kencang"akkkhh nte.,...auuhhkk" desah rendra sambil kembali meremas payu darakuaku terus melayani rendra yg berbaring d bawahku sambil memejamkan matadan menikmati penis rendra yg tidak ku sangka senikmat ini...rendrapun duduk ,dy memeluk dan menciumi tubuh kulalu dy memposisikan aku untuk jongkokdan sambil memegang pinggangku dy kembali memompa dr bawah.."aahhhkkkk ren.....aouuuhhk...ssssss nikmat banget sayang"ku usap kening rendra yg di basahi keringatdy mengganti posisi seperti semulaaku di kangkanginya dan dy memompa dengan kencangsambil kedua tangannya meremas payudarakuyg sedikit merah tanda kecupan rendra....aku merasakan akan orgasme"akkhhh tante dah mau sampai ren...akkkhh"desahan terus tak tertahan kanakhirnya air kenikmatan keluar dr vaginakurendra merasakannya dan dy menciumi pipikuhingga ke bibir..aku memeluk rendra dengan kuat"akkhh renn...ahhhh""oom mu tak senikmat ini sayang""iya nte,,tp basah rasanya lain" jwb rendraaku pun melumat penis rendra yg belum mengeluarkan air kenikmatandan aku naik di atas rendra dan menggoyangkan pinggulku"sssss terus nte...."dengan cepat aku menaik-turunkan pinggulku"akkkkkkhhh"desahan keras rendra terdengaraku merasakan panas yg menyembur di dalam paginakuaku terus menahan penis rendra di vaginakuagar dy merasakan kenikmatan vaginakudan aku langsung berbaring di atas rendra...dy mengelus rambuitku,,dan terus menciumiku"maaf nte..aku ga ber maksud..tp tante sangat cantik bg aku"kata rendra sambil memegang lembut pipiku"gpp ren...asal jngan tau oom ea sayangku.."dan kami br2pun  tertidur lelap siang harinya waktu aku mecuci piringrendra kembali memelukkudan kami kembali melakukan hub intim dengan gaya berdirisetelah selesai...dia mengatakan"nte sebenarnya mlm td aku memasukan obat perangsang di air minum tante..aku minta maaf ya nte lau ga gt aku ga bisa merasakan indah tubuh tante"rasa kesal langsung tmbul ..tp ya udah lah udah terjadi,,aku juga butuh"iya gpp ren...tp ntar mlm temenin tnte tdur lg ya ..."rendra pun dengan semangat menyetujuinya..kamipun melakukan hub intim setiap malamsampai suamiku kembali....

Wednesday, September 25, 2013

ML dengan para istri tetangga .....

Dikampungku aku biasa dipanggil Billy. Maklum postur tubuh yang tinggi besar dan wajah mirip londo membuat orang kampung mengidentikanku dengan turunan londo.

Sejak umur 15 tahun, aku dianggap orang kampungku sebagai anak yang punya kelebihan supranatural. Tak heran sejak umur segitu aku sering bergelut dengan hal yang sifatnya mistis, meskipun sebenarnya aku sendiri tak yakin aku bisa. Misalnya aku sering dimintai tolong sembuhkan orang kampung yang sakit perut, sakit bisul, muntah-muntah, atau sakit ringan lainnya. Dan entah kenapa tiap obat yang aku anjurkan pada mereka kok kebetulan menyembuhkan penyakitnya.

Sekarang ini usiaku 24 tahun, sedang kuliah di kota M dan tetap saja banyak yang percaya aku mampu dalam hal supranatural. Dikota M aku juga terkenal bisa menyembuhkan banyak penyakit, malah urusan seks yang dingin atau tak kunjung dapat momongan bisa langsung kontak aku di kota itu.

Suatu siang sehabis kuliah, aku kedatangan pasien wanita Susi namanya. Susi ini tahu alamatku diantar Retno, teman sekampusku yang dulu pernah kutolong waktu sakit malaria kronis dan sembuh.
"Tolong saya Mas Billy, suami saya kok suka jajan di luar dan nggak perhatian lagi sama keluarga," kata wanita beranak satu itu padaku. Sebenarnya aku bingung juga mau bilang apa, tapi karena dia memelas begitu aku jadi nggak tega. Susi aku suruh masuk kamar praktekku, sedangkan Retno tunggu diruang tamu rumah kontrakanku.
"Begini Mbak Susi, untuk menolong orang saya harus tahu ukuran baju, celana dan sepatu orang itu. Jadi berapa ukuran Mbak," kataku setelah kami duduk berhadapan dihalangi meja kerjaku.

Susi yang bertubuh agak pendek tapi seksi itu jadi bingung dengan pertanyaanku.
"Ehmm, anu Mas, berapa ya ukurannya.. tapi baju M celana 28 dan sepatu 37 mungkin pas Mas," jawabnya masih bingung juga.
"Oke-oke kalau nggak tahu pasti biar tak ukurkan ya," kataku sambil mengambil penggaris ukur dari kain.
Seperti penjahit baju yang terima pesanan aku mulai mengukur bagian tubuh Susi mulai bahu, dada, perut, pinggang, pinggul, plus kaki.
"Nah sekarang sudah ada ukuran pastinya, saya bisa bantu masalah Mbak," kataku, yang kelihatan membuat Susi berbinar karena merasa akan tertolong.

Susi pun mulai menceritakan perilaku Anto, suaminya. Sejak menikah dan punya anak, Anto masih setia, tapi beberapa bulan ini Anto mulai suka keluyuran dan suka jajan pada wanita lain.
"Saya jadi bingung Mas, kalo saya marah dia malah ancam mau cerai. Saya takut kalau dicerai Mas, bagaimana nasib anak saya," keluh wanita berkulit sawo matang itu.
"Ya sudah, itu masalah sepele kok Mbak. Nanti Mbak saya kasih susuk pemikat sukma supaya suaminya nempel terus kayak perangko," ucapku sekenanya. Kemudian aku menyuruh Susi menanggalkan seluruh pakaiannya termasuk pakaian dalamnya dan hanya menggunakan sarung bermotif kembang yang telah kusediakan untuknya.

Meski sempat ragu tapi Susi melakukannya juga. Sementara aku menyiapkan berbagai perlengkapanku, mulai kembang dan air dalam baskom, serta jarum susuk yang memang sudah lengkap tersedia di ruang praktekku.
"Nah sekarang Mbak berbaring di dipan itu ya, dan jangan banyak bergerak. Pokoknya konsentrasi pikiran pada suami Mbak dan sebut terus namanya," perintahku pada Susi. Bagai dicocok hidung Susi menurut saja dan segera berbaring di dipan dengan mata terpejam.

Untuk sesaat aku memperhatikan tubuh Susi dari kursi praktekku. Wow, boleh juga tubuhnya, bahenol walau agak mini. Aku menyiapkan kembang dalam baskom berisi air dan mendekati Susi yang terbaring di dipan kayu.
"Sabar ya Mbak, sebentar lagi kita mulai pengobatannya," kataku meyakinkan Susi.
Susi masih terpejam ketika kucipratkan air dan kembang yang kusiapkan tadi ke sekujur tubuhnya. Sengaja aku merapalkan mantra yang tak jelas dengan mulut komat-kamit persis dukun sungguhan.

Lalu setangkai kembang ditanganku kuusap-usapkan di wajah Susi dengan irama usapan yang searah jarum jam. Kulihat reaksi diwajah Susi menahan geli ketika kembang itu mulai kuusapkan di bagian leher dan terus turun kepangkal dadanya yang terbungkus sarung.
"Nah sekarang buka matanya Mbak," perintahku.
"Sudah selesai belum Mas Billy?," tanyanya tetap terbaring di dipan.
"Oh ya belum toh. Bagaimana Mbak ini maunya cepat, ini kan proses pasang susuk Mbak nggak boleh buru-buru. Kalau nggak cocok bisa fatal akibatnya," ujarku sekenanya.
"Terus sekarang apalagi Mas?," Susi makin penasaran.
"Maaf Mbak ya, sekarang Mbak turunkan sarung itu sebatas perut supaya saya bisa mendeteksi aliran darah Mbak. Biar susuknya tepat pasangnya gitu loh," kataku. Susi sempat melotot heran bercampur jengah, tetapi dia nurut juga menurunkan sarung yang membungkus tubuhnya sampai keperut dengan wajah malu-malu. Wah, boleh juga payudara wanita ini, kalau dikasih Bra kira-kira ukuran 36B lah, lumayan masih padat walau sudah beranak satu. Susi kembali terpejam, dan aku kembali mengambil kembang dan mencipratkan airnya ke arah buah dada dan perut Susi. Dengan kembang yang sama aku usap-usapkan di daerah dada dan perut Susi. Tubuh Susi mengelinjang kegelian waktu usapanku mulai menyentuh puting susunya.

"Oke.. boleh buka matanya Mbak," kataku setelah puas mengusap susu Susi dengan kembang.
"Wah, Mas kok lama sekali sih prosesnya," protes Susi, tapi tetap terbaring diranjang.
"Gimana ya jelaskannya Mbak, soalnya aliran darah Mbak aneh sih. Ini saja masih perlu deteksi lagi supaya ketahuan aliran darah aslinya. Tapi kalau Mbak mau stop ya terserah, saya tak bisa bantu lagi, gimana?," balasku dengan mimik serius.
"Iya deh saya pasrah, tapi sekarang apa lagi?," tanya Susi lagi.
"Maaf lagi ya Mbak, sekarang jalan satu-satunya supaya aliran darah Mbak kelihatan, Mbak harus tangalkan sarung itu. Telanjang bulat Mbak," pintaku dengan nada yang kubuat serius.
Meski kaget dan hendak protes, tapi Susi akhirnya nurut juga. Sarung yang dikenakannya ditanggalkan dan dibiarkan luruh kelantai, dan ia kembali berbaring di dipan kayu dengan mata terpejam.

Sekarang aku yang jadi bingung dan blingsatan melihat sesosok wanita bugil tanpa busana dihadapanku. Tubuh Susi benar-benar menggairahkan, rasanya bodoh betul si Anto, suaminya itu, kok nggak bersyukur punya istri semolek Susi ini.

Aku kembali menghampiri Susi dengan kembang dan air di baskom. Perlahan kembali kuusap-usapkan kembang itu dari wajah, leher, dada, dan perut Susi. Usapan-usapan erotis di bagian atas tubuh Susi membuat wanita itu menggelinjang menahan geli. Napas Susi pun mulai cepat memburu, biasanya dalam fase seperti itu, seorang wanita sedang dilanda gejolak yang mengarah birahi.

Usapanku mulai merambat turun ke arah paha, tapi belum menuju selangkangan Susi.
"Nah ketemu Mbak, sabar ya. Sudah ketemu nih tempat pasang susuknya," kataku memberi harapan.
Kembang di tanganku kembali kuusapkan di daerah paha bagian dalam dan sesekali naik menyentuh bibir vagina Susi. Gerakan mengusap seperti itu kulakukan berulang ulang di daerah yang sama, sampai akhirnya jarak kedua kaki Susi mulai merenggang. Bukan main gundukan kemaluan Susi, bulunya jarang dan bibir vaginanya kelihatan masih ranum. Aku sendiri kehilangan konsentrasi gara-gara melihat pemandangan itu. Kini kembang ditanganku aku buang dalam baskom, dan usapan di tubuh Susi kugantikan dengan tangan kananku. Susi masih terpejam dan napasnya semakin tak beraturan ketika sentuhan tanganku menjelar di atas tubuh bugilnya.
"Uhh Mas, dimana sih tempat pasang susuknya? Saya nggak kuat begini terus," Susi bertanya dengan mata tetap terpejam.
"Iya Mbak, tenang ya, ini sudah ketemu," kataku sambil menghentikan sentuhan tangan tepat di selangkangannya. Tanganku mulai memainkan bibir vagina Susi dengan tempo yang teratur dan ritme naik turun. Susi kelihatan sudah terpengaruh, nafsunya gesekan tanganku di bibir vaginanya diimbangi gerakan pinggulnya searah gerakan tanganku.
"Ohh.. geli sekali Mas disitu," Susi mulai menceracau sendiri, napasnya semakin tak beraturan.

Aku sendiri sudah tak bisa menahan nafsuku, perlahan aku buka kedua kakinya semakin lebar sehingga gundukan vaginanya terlihat makin jelas. Cairan vagina Susi semakin banjir dan tubuhnya mengejang kecil saat jemari tangan kananku menjepit-jepit klitorisnya. Wajah Susi benar-benar enak dilihat dalam keadaan seperti itu, mata terpejam dan bibir saling memaggut menahan geli dan nikmat gesekan jariku di vaginanya.
"Oke Mbak sebentar lagi ya, sekarang Mbak tahan ya saya akan pasang susuknya," pintaku.
Jari tengahku kumasukkan perlahan ke liang vagina Susi, lalu kutarik lagi keluar secara perlahan pula. Itu kulakukan berkali-kali dan terus-menerus.
"Engghh.. isshhtt.. ," Susi melenguh, pinggulnya semakin liar bergoyang dan berputar.

Susi sudah dalam kendaliku secara total, posisi tanganku di vagina Susi kini kuganti dengan jilatan lidahku di daerah vital Susi itu. Kami sudah sama sama di atas dipan itu, hanya bedanya aku masih lengkap berbusana, sedangkan Susi bugil total. Reslueting celanaku kubuka, sejak tadi aku memang sengaja tak pakai CD sehingga penisku langsung meloncat keluar begitu kancing dan reslueting celana kubuka.
"Usshh Mas.., saya nggak taahann lagi," kaki Susi menjepit kepalaku di selangkangannya, pinggulnya naik turun mendesak-desak mulutku yang menjilati klitorisnya.

Aku bangkit mengambil posisi tepat diatas tubuhnya, bibir Susi yang menceracau langsung kusumpal dengan bibirku. Saat ini Susi terbelalak membuka matanya, tapi belum sempat bereaksi apa-apa, penisku yang sudah tegang dan tepat di pinggir bibir vagina Susi segera aku benamkan keliang nikmat Susi yang sudah licin basah. Bless..!
"Nghh duhh Mass, ohh..," Susi mendesis saat penisku menembus bibir vaginanya dan masuk ke liang nikmatnya. Susi tak menolak kehadiran penisku di vaginanya. Aku berhasil menyetubuhi pasienku lagi.
"Tahan Mbak ya.. memang begini aturan prosesnya. Yang penting rumah tangga Mbak selamat ya," ujarku sambil menggenjot pinggulku di atas tubuh Susi. Tubuh Susi yang cukup mungil bagiku yang jangkung membuat aku dengan leluasa menggenjotnya dengan posisi konvensional. Penisku berkali-kali menghujam vagina Susi membuat wajah Susi semakin terlihat ayu menahan kenikmatan dari penisku.

Sampai belasan menit berlalu dengan posisi itu, akhirnya kurasakan tubuh Susi mengejang sesaat dan terasa pula denyutan kontraksi otot vaginanya pada batang penisku yang masih tegang.
"Ouhhss.. eehgghh," Susi rupanya sudah sampai klimaks, tubuhnya semakin tegang dan pinggulnya mendesak naik seperti ingin terus merasakan sensasi orgasmenya. Beberapa detik kemudian, aku pun merasa aliran darahku mengumpul di bagian pangkal penisku, dan croot.. croot.., kumuntahkan spermaku di dalam vagina Susi sementara tubuh tegangku mendekap erat tubuh Susi yang sudah lunglai.
"Sudah selesai Mbak Sus.., sekarang suamimu pasti tak akan jajan di luar lagi. Susuk pemikat sukma itu sudah kutanam di rahimmu Mbak," kataku seraya meraihnya bangkit dari dipan kayu.

Setelah berpakaian kami kembali duduk di kursi dihalangi meja kerjaku.
"Maaf ya Mbak kalau prosesnya agak seronok begitu," aku melihat Susi agak kikuk setelah sadar bahwa kami baru saja melakukan hubungan seks yang hangat.
"Ehm nggak apa Mas, yang penting rumah tangga saya utuh. Terima kasih Mas," Susi lalu bangkit dan menyodorkan uang pecahan seratus ribu padaku.
"Oke Mbak, mudah-mudahan khasiat susuknya manjur ya. Nanti kalau masih ada keluhan, Mbak boleh konsultasi lagi kesini," kataku. Susi kemudian keluar kamar dan bersama Retno, mereka pulang, meninggalkanku sendiri.

Entah susukku itu manjur atau kebetulan, sejak saat itu Susi tak pernah lagi kembali. Hanya sempat sekali dia kembali dan minta dipasang susuk pelaris warung karena ia mau buka usaha warung makan. Nah untuk kali itu meski susuknya tak kupasang di vagina, tapi Susi sendiri yang minta supaya dipasang seperti susuk pertama, biar khasiatnya ampuh katanya.
Malam itu aku baru saja happy-happy dengan Johan dan Aris, teman kampusku. Kami bertiga menghabiskan belasan botol bir pilsener untuk merayakan ultah Aris di rumah Aris. Aku pulang dengan pandangan yang agak goyang, tapi sampai juga dengan selamat di rumah kontrakanku tepat jam 10 malam.

Sehabis mandi dan makan mie rebus, aku menikmati tayangan sinetron humor di sebuah saluran televisi di ruang depan. Rumah kontrakanku memang kecil, tipe 21, hanya ada kamar tidur, ruang praktekku, dan secuil ruang depan atau ruang tamu. Sisanya ya.. dapur dan kamar mandilah. Waktu itu jam sudah beranjak ke angka 10 lewat 30 menit malam, tiba-tiba bel pintu berbunyi.
"Permisi Mas Billy.., Mas.. permisi," terdengar suara anak lelaki dibalik luar pintu. Aku langsung membukakan pintu dan melihat siapa yang datang.
"Eh Maman, ada apa Man malam-malam begini?," tanyaku pada Maman, anak kelas tiga SD yang termasuk tetanggaku.
"Anu Mas.., Mbak Ais pingsan. Saya disuruh bapak minta tolong sama Mas Billy ngobatin Mbak Ais," kata Maman sambil memegangi tanganku. Maman adalah anak Pak Budi, pegawai negeri yang rumahnya hanya berselat delapan rumah dari rumah kontrakanku. Sedangkan Ais yang disebut Maman, ialah Aisyah, kakak perempuan Maman yang sudah kelas dua SMU.
"Oke-oke.., Maman pulang duluan ya, nanti Mas Billy susul," pintaku padanya. Maman pulang, sementara aku menyiapkan peralatanku mulai minyak gosok, body lotion dan kembang, lalu akupun menuju rumah Pak Budi.

"Ini lho Dik Billy, Ais mendadak pingsan habis makan malam tadi. Saya jadi khawatir, mana bapaknya lagi dinas luar kota lagi," Ibu Budi langsung menyampaikan ketakutannya waktu aku datang.
"Lho kata Maman tadi bapak yang nyuruh saya datang, kok dinas luar gimana sih Bu?," aku jadi sedikit bingung juga.
"Iya tadi waktu Ais pingsan, saya telepon bapaknya dan dia yang suruh minta bantuan Dik Billy," jelas Ibu Budi.
"Oh gitu, sekarang Ais mana? Biar saya lihat keadaannya,"
"Ada Dik di dalam kamarnya, ayo saya antar," Ibu Budi bangkit dan mengantarku kekamar Ais. Istri Pak Budi masih terlihat seksi walau usianya sudah masuk 37 tahun, apalagi malam itu hanya pakai daster longdres yang tipis. Lekuk tubuh dan kulitnya yang putih membayang jelas, soalnya aku jalan tepat di belakangnya waktu menuju kamar Ais.

Kulihat Ais terbaring lemas di kamarnya, setelah kupegang dahinya kupastikan Ais hanya masuk angin. Ditemani Bu Budi aku menyelesaikan tugasku menyadarkan Ais dari pingsan, caranya sangat mudah bagiku, dengan minyak gosok kuurut beberapa urat dibelakang tengkuk Ais. Tak lama setelah itu, Ais sadar dan membuka matanya.
"Wah pintar sekali ya Dik Billy ini," pujian Bu Budi langsung mengalir begitu Ais bisa duduk ditepi ranjangnya.
"Ah Ibu ini, saya hanya kebetulan punya kelebihan kok. Nah sekarang Ais minum air hangat yang banyak ya, biar punya tenaga," kataku mengajurkan. Wajah Ais hampir sama cantiknya dengan Bu Budi, tapi bodynya masih belum terbentuk dengan dada yang tampak kecil.
"Makasih ya Mas, jadi ngerepotin," Ais melempar senyum manisnya padaku. Setelah itu aku bangkit dan duduk di ruang tamu, sedangkan Bu Budi ke dapur untuk membuatkan teh hangat untuk Ais.

"Gimana Dik Billy? Apa penyakit Ais nggak berbahaya toh," Bu Budi bertanya dengan mimik serius menghampiriku dan duduk dikursi tepat dihadapanku, usai mengantar segelas teh ke kamar Ais. Pertanyaan yang lucu, tapi kupikir membawa cukup celah bagiku untuk melancarkan aksi usilku.
"Sebenarnya ada yang mengkhawatirkan Bu..," sengaja tak kuteruskan kalimatku supaya Bu Budi bingung dan panik.
"Menghawatirkan bagaimana toh? Tolong dong disembuhkan sekalian biar nggak nakutin gitu lo," benar dugaanku, Bu Budi langsung panik dan mengharap jawabanku. Aku langsung pasang wajah serius dan mendekatkan wajahku dengan cara sedikit menunduk di meja penghalang duduk kami berdua. Melihat itu Bu Budi juga segera merunduk mendekati wajahku untuk mendengar penjelasanku.
"Begini Bu, pengamatan batin saya, Ais bukan hanya masuk angin biasa tapi ada orang iseng yang coba mengguna-gunai dia. Mungkin pacarnya, atau mungkin lelaki yang cintanya ditolak Ais, Bu," kataku.
"Ah masak sih Dik? Terus bagaimana dong," Bu Budi semakin merunduk, sehingga aku bisa melihat bongkahan pangkal susunya yang masih kencang dibalik daster tipisnya.
"Ibu tenang saja, saya pasti bantu. Tapi syaratnya agak berat Bu, saya harus meruwat beberapa bagian tubuh Ais secara langsung," aku menjelaskan.
"Meruwat gimana sih," Bu Budi semakin bingung.
"Maaf ya Bu, tapi saya harus mengeluarkan guna-guna dari bagian vital Ais, payudara dan vaginanya. Tapi saya juga nggak tega, nanti dia malu lagi," wajahku seperti orang yang sedang berpikir.
"Apa ngak ada cara lain Dik, selain itu. Ais pasti nggak mau loh," jawab Bu Budi bermimik bingung.

Aku tak langsung menjawab pertanyaan Bu Budi. Jam kulihat sudah menunjuk angka 11.30 malam didinding ruang tamu.
"Ada Bu cara lain, namanya transformasi. Saya bisa melakukan ruwat itu dengan media tubuh lain yang golongan darahnya sama dengan Ais. Dik Maman golongan darahnya apa Bu?" tanyaku memancing.
"Wah.., sayang sekali Maman darahnya B. Tapi kalau saya bisa nggak Dik? Saya juga B sama kayak Ais," pancinganku rupanya membawa hasil. Setelah itu, aku mengarahkan dan menjelaskan bagaimana proses ruwat yang nantinya akan kulakukan pada Bu Budi. Dengan kepala manggut-manggut, Bu Budi akhirnya paham dengan penjelasanku.
"Sebenarnya risih juga sih, tapi gimana lagi ya demi Ais? Iya deh Dik, terserah Dik Billy yang penting Ais sembuh total," katanya pasrah.

Waktu itu Ais dan Maman sudah tidur, dan Bu Budi bersamaku beranjak ke kamar tidurnya untuk melakukan ruwatan itu. Sampai di kamar itu, Bu Budi langsung berbaring di ranjang dan aku duduk di tepi ranjang sebelah kiri.
"Sekarang Ibu konsentrasi dan tujukan pikiran ke Ais ya,"
"Ehm.. iya Dik, saya coba," Bu Budi yang terpejam ternyata semakin cantik, wajahnya mirip artis Nani Wijaya di masa muda dulu. Kutelusur pandanganku dari wajah hingga ujung kaki Bu Budi, bodynya pun masih sangat bagus mirip gadis 24 tahunan dengan buah dada yang lumayan dan kulit mulus betisnya yang putih. Aku mulai beraksi, tanganku mulai mengusap-usap kening, pipi, dan leher Bu Budi, itu kulakukan sekitar lima menit lamanya.

"Sekarang buka matanya Bu," pintaku segera diikuti Bu Budi.
"Maaf ya Bu, saya harus teruskan prosesnya. Mungkin Ibu agak rikuh, tapi saya sudah sering melakukan seperti ini kok, jadi Ibu nggak usah khawatir ya, soalnya memang begitu caranya,"
"Duh gimana ya Dik..? tapi nggak usah cerita ke bapak ya kalau prosesnya seperti ini," Bu Budi nampak bersemu rikuh, mungkin dirinya mulai berpikir sesaat lagi lelaki yang bukan suaminya ini akan melihat seluruh lekuk tubuh dan bagian vital yang selama ini hanya untuk Pak Budi.
"Iya Bu, itu sudah kewajiban saya kok," aku lalu meminta Bu Budi menanggalkan Bra dan Cd nya, sedangkan daster tipisnya sengaja kusisakan untuk menutup rikuhnya. Bu Budi kembali terpejam, dan perlahan aku membuka dua kancing daster bagian atasnya dan menurunkan daster itu sebatas perut, membiarkan buah dada Bu Budi yang syuur itu bebas keluar. Ternyata benar dugaanku tubuh Bu Budi memang sangat mulus dan terawat, putih dan tak bercacat dengan postur proporsional.
"Maaf ya Bu," aku langsung mengusap sekitar buah dada Bu Budi dengan usapan tangan searah jarum jam. Bu Budi tak bersuara, tapi keningnya sesekali berkerut ditengah usapan-usapan lembut tangan kananku didadanya.
Usapan kunaikan menjadi remasan kecil dan mulai menyentuh puting susunya, kadang kucubit kecil puting susu itu membuat Bu Budi menggelinjang menahan geli, tapi tetap tak bersuara.

Setelah mengusapi buah dadanya, aku mulai mengusap bagian betis Bu Budi dan terus naik ke paha hingga daster bagian bawah tersingkap naik dan berkumpul ditengah perutnya. Kini, pemandangan dihadapanku benar-benar menggoda kejantananku. Bu Budi juga ternyata memiliki vagina yang indah dihiasi bulu tebal yang dicukur rapi 2 cm panjangnya.
"Sekarang Ibu boleh buka mata," kataku.
"Terus apa lagi Dik," tanya Bu Budi dengan raut memerah bertambah rikuh padaku.
"Maaf Bu, sekarang tahap utamanya, saya harus menyedot guna-guna di tubuh Ais dengan media tubuh Ibu. Ibu bisa tahan kan? Paling prosesnya hanya makan waktu 15 menit. Tapi tahap ini Ibu ngak boleh tutup mata," jawabku meyakinkannya.
"Iya deh Dik.. tapi tolong cepetan ya, saya rikuh nih," Bu Budi menjawab pasrah.

Dengan menatap wajah Bu Budi yang bersemu merah aku mulai mendaratkan bibirku diputing susu kanan Bu Budi, susu terdekat pada posisi dudukku disisi kiri ranjang. Putting yang ranum kemerahan itu kujilati perlahan lalu kuhisap-hisap beraturan.
"Hsst uuhh.. Dik," suara tertahan Bu Budi terdengar waktu hisapanku agak kuat diputing susunya. Putting susu kiri pun jadi sasaran hisap dan jilat selanjutnya, sementara kedua tanganku memeganggi susu seksi Bu Budi sambil terus menghisap dan menjilat bergantian susu itu.
"Uhh.. gelii Dik..," Bu Budi mengelinjang saat isapan dan jilatan dikedua susunya kupercepat ritmenya, tangannya meremasi sprei ranjang.
"Tahan sebentar lagi ya Bu, hampir selesai dibagian ini. Kalau tidak tuntas nanti Ais nggak sembuh total," kataku menghIburnya. Aku mengambil dua tangan Bu Budi dan meletakkannya agar mendekap bahu dan leherku, Bu Budi menurut, dan aktifitasku kulanjutkan lagi menjilat dan menghisap susunya.

Napas Bu Budi mulai tersengal dan remasan tangannya dibahuku semakin lama semakin kuat menahan geli yang sangat disusunya.
"Mffhh oouhh..," Bu Budi mulai menggeliat-geliat mengikuti irama jilatan di susunya. Kupandang wajahnya, ternyata sorot matanya mulai redup khas wanita yang dilanda birahi. Tak mau hilang kesempatan, tangan kananku segera merayap menjelajahi perut dan pahanya. Bu Budi semakin terpojok, tangan kananku kini sudah mulai mengusap usap paha bagian dalam Bu Budi, kakinya merenggang dengan posisi lutut kaki kanan dinaikan sehingga tanganku lebih leluasa menggerayangi paha bagian dalam itu. Sesekali jemariku menyentuh bibir vagina Bu Budi, dari situ aku tahu Bu Budi sudah dirasuki birahi yang sangat, kurasakan tanganku menyentuh cairan kental yang sudah membasahi vaginanya.

"Oke Bu, sudah selesai di bagian dada. Sekarang tahap utama kedua, saya harus menghisap dan mengeluarkan guna-guna di tubuh Ais lewat kemaluan Ibu. Ibu tahan ya," Kulihat Bu Budi sudah pasrah benar, dengan pandangan sayu ia hanya bisa mengangguk. Aku pun segera beralih posisi dan jongkok tepat disela kedua kakinya yang sudah tertekuk naik. Vagina Bu Budi memang sudah basah, tapi dua bibirnya masih sangat ranum dan terlihat kencang. Setelah membersihkan vaginanya dengan ujung sprei yang berhasil kuraih, aku lalu mulai menjilati vaginanya.
"Aauuhh.. iihh.. geelii Dik, saya nggak tahan," Bu Budi pekik tertahan dan tangannya meremasi kepalaku di selangkangannya.
"Tenang dulu Bu, saya harus cari posisi guna-gunanya. Agak geli Bu ya," aktifitas sengaja kuhentikan dan mengajak Bu Budi bicara.
"Ehhmm he-eh Dik, geli sekali, soalnya saya nggak pernah dijilatin gitu itunya," Bu Budi bicara dengan suara serak dan napas tersengal, aku lanjutkan lagi aktifitasku. Aku yakin ini pengalaman baru buatnya karena Pak Budi tak pernah melakukan foreplay semacam ini setiap kali ngeseks dengan istrinya ini. Cairan asin yang keluar dari vagina Bu Budi semakin banyak, dan kini pinggulnya mulai bergerak mengikuti irama jilatanku. Sambil melakukan itu kuintip wajah Bu Budi yang sudah total birahi, kepalanya bergerak-gerak tak beraturan setiap kali jilatan dan isapan kusasarkan di klitoris vaginanya bersamaan rintihan yang semakin tak karuan dari bibirnya.

Penisku sudah berdiri tegak, apalagi melihat gerakan dan mendengar rintihan Bu Budi yang kian erotis. Sambil aktifitas kubuka celanaku sebatas paha sehingga penisku yang berukuran lumayan panjang dan besar meloncat kegirangan.
"Bu.., guna-gunanya hampir keluar, tapi harus dicungkil dari dalam vagina dengan jari atau alat lain," aku hentikan jilatanku, dengan segera menaikkan posisi tubuhku. Posisiku seolah menindih tubuhnya tetapi tubuh kami tak bersentuhan karena kutopang dengan dua tanganku.
"Bagaimana Bu?," sebelum Bu Budi bereaksi aku bertanya dengan wajah sudah demikian dekat dengan wajahnya.
"Terserah Dik, lakukanlah.. mffphh," diluar dugaanku, Bu Budi ternyata agresif menyambar bibirku dengan kuluman yang penuh nafsu. Topangan tanganku terlipat sehingga tubuh kami langsung saling tindih, dalam posisi itu kuusahakan celanaku lepas total dari kaki, dan berhasil. Kini penisku yang mengacung tepat berada dibelahan bibir vagina Bu Budi. Ciuman bibir kami masih berpagut sedangkan pinggul Bu Budi mulai mendesak-desak naik mencari batang kenikmatanku.

Sengaja keadaan itu kugantung, aku ingin ia menrengek dan meminta agar aku menyetubuhinya.
"Mnffh.. uuhhm, ayo Dik cungkil guna-guna itu..," Bu Budi melepas pagutan bibirnya dan merengek padaku.
"Maaf Bu.., tapi apa Ibu nggak marah nih," gurauku.
"Ayoo Dik Billy, udah kepalang tanggung lagipula.. oughh.. asstt," belum selesai bicara, Bu Budi langsung kuserang dengan ciuman di bibir, leher dan susu bergantian, sementara ujung penisku yang sudah terjepit sebagian di bibir vaginanya kutekan masuk sampai amblas. Bleess.. jleepp.. jleepp. Bu Budi menyambut penisku dengan goyangan pinggulnya yang erotis, baru kali ini kurasa vagina wanita yang berkontraksi sebelum ia orgasme, orang bilang empot-empot.
"Ouuhh Dik.. aahh, eenaak Dik aeehh..," Bu Budi menceracau dan tangannya mengoyak-koyak baju yang masih kukenakan. Ritme pompa penisku kutingkatkan cepat dan teratur dengan dua tangan menopang tubuh bagian atasku. Bu Budi semakin hilang kendali, kepalanya bergerak kanan-kiri, gyang pinggulnya semakin liar seirama rintihannya yang makin kacau pula.

15 belas menit berlalu, dan kurasa Bu Budi sudah hampir tiba pada puncaknya.
"Aaahh Dik, saya mau keluar Dik..," Bu Budi bergerak semakin cepat dibawah kendali penisku. Sebelum dia mencapai orgasmenya, penisku secepat mungkin kutarik keluar sekaligus menjauhkan diriku dari tubuhnya.
"Ouhhgghh.. ohh, kenapa berhenti Dik? Ayo dong teruskan, saya hampir sampai," Bu Budi merengek dengan wajah yang masih penuh birahi.
"Maaf Bu, tapi sudah selesai ruwatnya. Guna guna di tubuh Ais sudah keluar melalui ruwat tadi, kan kita melakukannya untuk mengobati Ais," kataku padanya.

Bu Budi tersentak sadar, mungkin dia kecewa juga telah hanyut dalam birahi tadi. Tapi tak lama kemudian meluncur cerita dari bibirnya yang tipis, katanya Pak Budi tak pernah memberikan kepuasan seksual yang maksimal, meskipun hubungan seks mereka lakukan dua hari sekali.
"Bu.. apa Ibu mau kita lanjutkan lagi?," aku mengusap lembut dahi Bu Budi.
"Kalau Dik Billy nggak sudi, ya sudah nggak apa kok," Bu Budi menampakkan raut kecewa.
"Bukan begitu Bu. Saya mau lanjutkan asal kita berdua telanjang bulat, dan tolong Ibu bayangkan bahwa saya adalah Pak Budi, supaya nggak rikuh Bu," kataku seraya melepas luruh dasternya yang terkumpul di bagian perut, aku pun menanggalkan bajuku.

Kami kembali saling pagut, dan saling tindih. Penisku langung kuhujamkan ke vaginanya dan kami kembali larut dalam permainan seks tengah malam. Sampai akhirnya,
"Ahh oohh.. ngghh ahh," Bu Budi mengerang kuat mengigit bahuku saat serangan orgasme tiba pada vaginanya. Kontraksi vaginanya terasa jelas menjepit-jepit penisku yang masih aktif. Genjotan kunaikkan lebih kuat dan cepat, membuat Bu Budi benar benar tuntas orgasme. Tak lama berselang, aku pun tiba pada puncak nikmatku.
"Ihh.. ohh sayang..," tubuhku tegang dan penisku terhentak hentak berkali kali dalam vagina Bu Budi sambil menyemburkan sperma. Aku lunglai dan mengambil tempat disisi kiri Bu Budi, kami kelelahan tanpa sadar saling berpelukan dan akhirnya lelap tertidur.

Waktu terjaga jam sudah menunjuk angka 07.30 Wita, suara di luar kamar Bu Budi terdengar menandakan Maman dan Ais sudah bangun. Aku dan Bu Budi segera merapikan diri dan mengenakan pakaian kami, lalu keluar menuju ruang depan.
"Sudah baikkan rasanya Dik Ais?," aku langsung bertanya pada Ais yang memandang heran ke arah kami di ruang depan. Gawat pikirku, pasti Ais mengetahui apa yang terjadi dan akan melaporkannya pada Pak Budi nantinya.

"Ohh, ini lo sayang, Mas Billy ngobatin kamu dengan ruwat khusus, jadi harus nginap di sini untuk begadang semalam suntuk. Ibu menemani ngobrol," Bu Budi seakan tahu sorot curiga di mata Ais.
"Ehmm, maaf ya Mas Billy, Ais jadi ngerepotin," untunglah Ais bisa dikelabui, kalau tidak berabe juga dong. Setelah basa-basi sebentar, aku lalu pulang ke rumah kontrakanku dan siapkan diri ke kampus lagi pagi itu. Entah kapan aku bisa menyetubuhi wanita semacam Bu Budi lagi.
Aku masih di kota M dan masih kuliah. Pagi ini aku kedatangan pasangan suami istri, Toto dan Juminah, mereka datang dari kampung yang letaknya sekitar 25 Km dari rumah kontrakanku. Katanya sih mereka tahu aku bisa ngobatin penyakit secara supranatural dari tetangga mereka, Pardi. Aku sendiri lupa apa pernah ya aku ketemu orang namanya Pardi atau tidak. Singkatnya, pasangan Toto yang sopir truk antar pulau dan Juminah yang pembantu rumah tangga itu datang padaku dengan keluhan pingin cepat dapat anak.

"Benar lo Mas, berapapun biayanya saya usahakan asal kami bisa punya momongan. Wong kami ini sudah tujuh tahun kawin lo Mas," Toto memohon mohon padaku diruang tamu, sementara Juminah hanya ikut manggut-manggut setiap suaminya bicara.

Toto adalah pria bertubuh ceking dan usianya sekitar 40 tahunan, sedangkan Juminah walau agak kampungan dan lusuh tapi terlihat jauh lebih muda dengan usia sekitar 29 tahunan. Body Juminah yang agak gemuk terlihat serasi dengan tinggi tubuh yang lebih tinggi 5 cm dari Toto.

"Emangnya seminggu berapa kali kalian melakukan hubungan badan," setelah puas menilai penampilan dua tamuku itu, aku pun mulai meluncurkan pertanyaan dengan mimik serius.

"Eh.. Anu Mas. Kadang-kadang dua kali seminggu, atau malah kadang dua minggu sekali, soalnya saya 'kan sopir truk antar kota Mas. Kadang saya nginap diluar kota, jadi nggak sempat gituan," Toto menjawab malu-malu, Juminah malah tertunduk habis.

"Oh.. Begitu toh. Pantas kalian susah dapat momongan, wong jarang kumpul dan kerja berat terus sih," aku berujar sambil menenggak kopi pagiku.

"Oke sekarang kalian tenang saja, biar aku bantu masalah kalian. Nah sekarang kalian masuk ke kamar itu dan tunggu aku ya," pintaku pada tamuku sambil menunjuk kamar praktikku.

Beberapa menit setelah mereka masuk, aku langsung nyusul, di kamar itu aku duduk di kursiku sementara mereka di kursi tepat depanku yang dihalangi meja kerjaku.

"Begini Mas Toto, ini kan untuk kebaikan kalian berdua jadi kumohon jangan rikuh dan risih dengan ruwatan pengobatan yang akan kulakukan ya, bagaimana? bisa apa nggak?," tanyaku.
"Oh.. Monggo saja Mas, kami memang siap apa saja untuk dapat anak kok," Toto menjawab.
"He-eh Mas kami siap kok," Juminah menimpali.
"Kalau begitu sekarang kalian buka baju dan ganti pakai sarung ini ya, terus tiduran di dipan itu," kuberi dua lembar sarung bermotif bunga dan menunjuk dipan di kamar praktikku. Pasangan dari kampung itu nurut saja dan sekejap kemudian sudah berbaring berdampingan di dipan, hanya pakai sarung tok.

Aku berdiri mendekati pasangan yang sudah pasrah itu, mereka kuperciki air kembang sambil merapal mantra seadanya dibibir.

"Sekarang tolong kalian bersetubuh ya, iya bersetubuh, main, ngeseks..," perintahku disambut keheranan keduanya.

Tapi mereka tak punya pilihan, toh mereka butuh bantuanku. Toto langsung saja membuka sarungnya dan mempreteli sarung Juminah hingga keduanya bugil tulen. Bibir Toto yang agak monyong langsung nyosor menciumi sekujur tubuh Juminah, sedangkan tangannya mulai gerilya di bagian vagina istrinya itu.

Wah, pemanasan seks pasangan ini rupanya kurang ahli, pantas saja sudah dapat anak. Lima menit kemudian Toto main tancap saja, padahal penisnya yang imut belum tegak benar sehingga kelihatan agak susah menembus vagina Juminah yang masih kering belum terpacu birahi.

"Duuhh belum Mas, susah sekali masuknya," Juminah menggerutu tapi tetap aku dengar.

Toto tak peduli dan terus menggenjot pantatnya, menggesek gesek penisnya yang masih layu ke permukaan vagina Juminah dengan napas memburu, nafsu benget.

"Ohh yess.. Ahh," Toto sudah tamat sebelum penisnya belum masuk utuh ke vagina Juminah, ia langsung KO dan menggelepar disisi istrinya.

"Wah.. Wah.., Mas Toto ini gimana sih. Bagaimana mau punya anak kalau sperma sampeyan nggak nyiram rahim Mbak Jum. Payah sampeyan ini Mas," kataku memberi komentar.

Toto dan Juminah kembali duduk dihadapanku dihalangi meja, lalu kujelaskan bagaimana proses pembuahan yang dibutuhkan rahim wanita sebelum akhirnya hamil dan melahirkan.

"Mas Toto kulihat burungnya kurang kuat ya, kok baru gesek-gesek sudah KO. Tuh Mbak Jum belum rasain apa-apa. Iya kan Mbak?," Juminah tertunduk malu mendengar pertanyaanku, Toto malah garuk-garuk kepala, mereka masih pakai sarung tok.

"Terus gimana caranya Mas supaya aku dapat momongan toh," Toto bertanya.

"Caranya ya perbaiki mutu seks kalian itu, terutama Mas Toto, burungnya harus kuat sehingga nyembur pejuhnya di dalam vaginanya Mbak Jum, gitu loh. Selain itu nanti kuberi ramuan," kataku menjelaskan.

"Anu Mas, punya Mas Toto memang nggak bisa lebih dari itu kok, padahal sudah minum banyak jamu, tapi begitu terus," Juminah menyelaku.
"Ya mau bagaimana lagi wong memang begitu," Toto protes.
"Oke-oke, supaya Mas Toto lebih sip, gimana kalau aku contohkan cara main yang tepat, biar pas dan cepat dapat anak," aku menawarkan. Mereka saling pandang kemudian memandangku lagi.
"Terserah bagaimana baiknya Mas," Toto dan Juminah menjawab hampir serentak.
"Oke sekarang Mas Toto duduk disini dan Mbak Jum silahkan tiduran lagi di dipan," perintahku.

Toto duduk dikursi tadi, Juminah sudah berbaring berbalut sarung sebatas dada, aku mendekati dan mencipratkan air kembang ke sekujur tubuhnya.

"Begini Mas Toto, perhatikan cara menaikan birahi istri pada langkah pertama," kataku seraya menurunkan kain sarung Juminah sampai ke perut. Aku duduk disamping Juminah yang tiduran, lalu kuraba-raba dua gundukan di dada Juminah, meski sudah tujuh tahun kawin, rupanya susu 36B Juminah masih kencang kayak perawan.

"Ihhss geli Mas.. Aku malu ah..," Juminah menepis tanganku, tapi kemudian membiarkan lagi tangan itu beraksi.

"Mas jangan cemburu ya ini untuk kebaikan sampeyan juga kan," kulanjutkan aktifitasku dan Toto hanya manggut-manggut memberi restu. Kini bibirku mulai aktif menjilati susu Juminah bergantian kanan dan kiri. Hisapan dan jilatan terus kulakukan sampai lima menit lamanya.

"Hsshh aauuhh.. Emmffhh maasshh.. Aahkk," Juminah mendesis dan menggeliat-geliat karena hisapanku di susunya, tangannya malah sudah mendekap kepalaku seperti enggan kalau kulepas hisapan itu.

"Gimana Mbak Jum? enak?,"

"Ehmm iiyah Mas," Juminah menatapku sayu, wajahnya cukup manis kalau begitu, rasanya mirip artis Denada Tambunan, body gemuknya pun mirip waktu Denada belum diet (Sorry ya kalau Dena ikut baca, abis emang mirip sih).

"Nah Mas Toto sekarang lihat nih tahap kedua merangsang birahi istri," aku mengambil posisi jongkok tepat diantara dua paha Juminah yang ngangkang. Vagina Juminah sepintas kelihatan jorok, apalagi bulunya hitam, panjang, sembrawutan lagi. Kuusap pelan bagian sensitif Juminah dari bawah ke atas dan terus begitu beberapa kali.

"Auuhh mashh geliih ahhss," pinggul Juminah naik turun mengikuti tanganku yang mengusap vaginanya.

Saat cairan kental mulai membasahi bagian itu, aku langsung merunduk dan menciumi bibir vagina Juminah, aroma vagina cewek kampung memang asyik dan alami. Kugunakan lidahku menjilati bibir dan klitoris vagina Juminah, membuat Juminah kalang-kabut dan menggelinjang tak karuan. Kuintip mulut Juminah sedikit terbuka dan merintih-rintih, rambutku dijambak-jambak Juminah. Sementara Toto serius melihat bagaimana istrinya sedang kubuat birahi tinggi. Gerakan tubuh Juminah yang agak gemuk membuat dipan bergerenyit, kreyat-kreyot, tapi makin asyik. Aku sendiri mulai merasa birahi, penisku mulai tegang dan mendesak CD yang kupakai. Hampir 10 menit kujilati vagina Juminah, sampai kurasakan dua pahanya keras menjepit kepalaku dan jambakan pada rambutku makin kencang.

"Aahhss aahhdduhh.. Iihhss.. Mmmff..," Juminah sampai pada orgasmenya, gerak pinggulnya menghentak-hentak kepalaku yang dijepit pahanya, lalu jepitan itu lunglai, Juminah lemas.

"Gimana Mbak Jum, ringan rasanya?" aku bertanya sambil melepaskan pakaianku sampai bugil juga.

"Iyaah mass agak ringan, enak sekali rasanya," Juminah masih menatapku dengan birahinya.

"Nah Mas Toto, sekarang lihat tahap terakhir ya. Bagaimana caranya masukkan penis ke vagina supaya cepat hamil," aku berkata pada Toto yang tetap serius memperhatikan.

Juminah terbaring pasrah dengan dua paha mengangkang lebar, vaginanya yang kuyup jelas terlihat karena bulu lebatnya lusuh oleh cairan vaginanya. Penisku yang sudah maksimal berdiri kusisipkan di bibir vaginanya dan tubuhku mulai menindihnya, susu Juminah kembali jadi sasaran jilat dan hisapku.

"Sabar ya Mbak Jum, pasti tak buat kamu ketagihan," bisikku di telinga Juminah.

"Uhh mass, teruskan apa maumu mass..," Juminah tak sabar menunggu penisku menembus vaginanya. Bless.. Jleepp, penis kudorong masuk menembus vagina Juminah yang masih terasa rapat dan nikmat, Juminah merintih tertahan merasakan benda yang masuk tak seperti yang selama ini dirasakan dari Toto.

"Eh Mas Toto, kok bengong. Nah ini Mas caranya yang betul, tuh lihat burungku masuk utuh ke vaginanya Mbak Jum," aku memberi tahu Toto, dia manggut-manggut saja dan melongo melihat istrinya kelepar-keleper kubuat.

"Ahhyoo mass.. Aku ngghhaakk kuaatt, ohh..," pinggul Juminah terus naik mendesak penisku supaya bergerak di vaginanya. Kupeluk tubuh gemuk Juminah, kugenjot penisku, kepala Juminah bergerak tak beraturan, rintih dan desahnya makin menjadi-jadi.

"Enak Mbak Jum.. Hehh, enaak ndaak mBHaak,"
"Iyahh oosshh.. Eenhhaak, teruusshh mashh aauhh,"
"Mmmffhh ehmnnff," bibir Juminah yang agak tebal tapi seksi kulumat habis, aku jadi nafsu banget dengan bau keringat ketiak Juminah yang khas kampung itu. Kugenjot makin kuat dan makin teratur, Juminah pontang-panting mengimbangi gerakanku dengan menggoyang pinggulnya.

Permainan kami cukup panjang tapi Juminah belum kelihatan menyerah, posisi segera kuubah, kubalik tubuh kami sehingga Juminah yang jadi menindih tubuhku.

"Mas Toto, kalau lagi main, burung sampean nggak bisa masuk, gini cara yang tepat supaya imbang," kataku, Toto masih saja manggut-manggut, terpesona melihat bagaimana istrinya yang kini menggenjot aku.

"Duuhh.. Iisstthh, kokhh tambah ennahkk begini.. Masshh.. Auhh," Juminah kini bagai joki diatas penisku, tubuhnya yang gemuk dan lemak pahanya membuat kenikmatan yang asyik di penisku, aku menarik tubuhnya sampai dia merunduk dan menyasar lagi susu ranumnya dengan isapan lidahku.

"Ayoo Mbaak Jum, ambill nikmatnya Mbak..,"

"Ahh.. Enghh.. Mmmffhh, ohh iyakhh mashh.. Akuu enaakkhh.. Mahhss.. Ahhss," goyang pinggul Juminah makin menekan penisku, makin lama gerakannya makin kuat. Wajah Juminah semakin ayu dalam keadaan seperti itu, mata sedikit terpejam, bibir terbuka mendesis, kepalanya gerak kanan kiri diatas tubuhku.

Kurasa vaginanya makin membasah, ini saat yang tepat meghajarnya hingga puncak pikirku. Sekejap aku ubah posisi kami lagi, dengan berputar kekiri kini tubuhku kembali diatas tubuh Juminah, tanpa memberi kesempatan padanya, aku terus menggenjot penisku menghujam-hujam vaginanya.

"Aaahh.. Akuu piipisshh mashh.. Ouhh.. Emhhff.. Ohhss..," tubuh Juminah kejang, dinding vaginanya berkontraksi berkali-kali dalam genjotan penisku, sampai akhirnya kepala Juminah lunglai, menandakan orgasmenya sudah utuh dan tuntas. Toto terpana melihat raut puas istrinya, sementara aku masih teratur menggenjot tubuh Juminah.

"Ahh Mas To.. Ini puncak namanya aauhhkkhh..," kurasa cairan spermaku tak mungkin kubendung lagi, kutarik penisku dari liang nikmat Juminah, dan sekejap semburan spermaku tumpah membasahi perut Juminah.

"Uhh.., itu namanya pejuh Mas, dan itu harus ditumpahkan didalam vagina Mbak Jum, supaya hamil. Kalau Mas To tumpahnya diluar terus kapan hamilnya Mbak Jum," aku bangkit menyuruh Toto melihat sperma kentalku diperut Juminah.

"Lohh kok nggak ditumpahin didalam saja Mas, biar dia hamil," Toto benar-benar blo'on.
"Wah Mas ini gimana. Kalau spermaku masuk ke vagina Mbak Jum dan Mbak Jum hamil, berarti itu anak ya anakku jadinya, bukan anak sampeyan, gimana sih," cerocosku sambil kembali mengenakan pakaian, mereka juga kembali pakai pakaian masing-masing.

Setelah itu, kami basa-basi sejenak, dan kubuatkan ramuan kuat untuk Toto supaya greng kalau tempur sama Juminah. Mereka kemudian pulang dan menyisipkan uang pecahan ribuan yang jumlahnya sampai lima puluh lembar.

Oh ya, sejak itu, kira-kira sebulan kemudian pasangan itu datang lagi dan minta diajari lagi begituan. Aku kembali senang bisa bersetubuh dengan Juminah yang sintal dan montok, dan Toto senang bisa belajar memuaskan istrinya. Kabar terakhir yang kudengar, tiga bulan kemudian Juminah hamil. Entah itu anak siapa, soalnya waktu datang kedua kali aku tumpahkan spermaku dalam vagina Juminah, habis nggak tahan sama rintihannya itu. Tapi aku tetap berharap anak itu anak Toto, hasil sperma Toto. Sejak dikabari aku kalau Juminah hamil, mereka tak lagi datang padaku, karena kusarankan supaya mereka kontrol ke puskesmas saja untuk kehamilan Juminah